Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Dokter Farabi El Fouz Khawatir Dampak Buruk Penggunaan Wadah Plastik yang Mengandung Bisphenol A

Dokter spesialis anak Farabi El Fouz, mempunyai kekhawatiran akan dampak buruk dari penggunaan wadah plastik yang mengandung Bisphenol A atau BPA.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Dokter Farabi El Fouz Khawatir Dampak Buruk Penggunaan Wadah Plastik yang Mengandung Bisphenol A
Dok. pribadi
Farabi El Fouz, Dokter Spesialis Anak 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dokter Spesialis Anak, Farabi El Fouz, mempunyai kekhawatiran akan dampak buruk dari penggunaan wadah plastik yang mengandung Bisphenol A atau BPA.

Itu sebabnya, pada kesempatan ini, Farabi El Fouz mengajak kepada masyarakat untuk mengetahui tentang apa bahaya Bisphenol A.

Pengetahuan tentang bahaya Bisphenol A menjadi sangat urgent mengingat, apabila terjadi akumulasi dalam waktu yang lama, bisa menimbulkan penyakit yang serius seperti kanker, gangguan hormon, penyakit jantung koroner, diabetes, gangguan kekebalan tubuh, dan ketidaknormalan enzim pada hati dan lain-lain.

Bisphenol A atau BPA karena mempunyai manfaat untuk bahan campuran untuk mengeraskan plastik sehingga plastik bisa lebih tahan lama, kuat dan mudah dibentuk maka BPA sangat masif digunakan.

Apalagi harganya menjadi sangat kompetitif. Sayangnya, BPA ini juga digunakan untuk plastik kemasan semisal, Sebagian botol susu bayi, piring, gelas, sendok, dan bahkan mainan anak.

Mengingat bahaya dari BPA, pemerintah sudah mengatur agar botol bayi, kemasan susu dan alat makan untuk bayi harus free BPA alias bebas dari kandungan Bisphenol A. Sayangnya, sebagian besar ibu-ibu di Indonesia membuat susu atau bubur bayi dari air yang bisa saja berasal dari wadah galon isi ulang yang mengandung BPA.

Padahal semua wadah bayi sudah free BPA. Sehingga ini yang mengkhawatirkan. Karena bagi bayi, balita dan janin tidak disarankan bersentuhan dengan BPA.

Berita Rekomendasi

Di luar negeri, banyak negara-negara yang melarang penggunaan campuran zat kimia BPA. Hal tersebut dikarenakan jika terpapar dalam jangka yang lama dan banyak, maka akan menyebabkan kanker, penyakit jantung koroner, diabetes, gangguan kekebalan tubuh, , serta sejumlah pernyakit lainnya.

“Jadi BPA yang digunakan industri pangan, bisa mengeraskan dan melenturkan plastik. Ada beberapa laporan botol susu, wadah makanan, piring, sendok, bahkan susu kaleng bayi itu mengandung BPA. Kalau di kaleng susu, BPA untuk mencegah korosi, dan mencegah bersenyawanya bahan makanan terhadap wadah besi tersebut. Yang menjadi masalah adalah, kandungan BPA setelah diteliti ternyata bisa memberikan efek buruk seperti kanker dan gangguan endokrin serta banyak juga gangguan lainnya. Akhir-akhir ini di Amerika ada penelitian yang menghubungkan antara kematian yang tinggi diiringi dengan angka BPA yang tinggi,” papar Farabi El Fouz.

Bahayanya diakui Farabi El Fouz adalah meningkatnya resiko kematian. Kematian Ini multi faktor, jadi kejelasan menjadi poin penting pada hal ini.

"Sebagai contoh penyakit Covid ini bisa isolasi virusnya jadi bisa jelas, tapi BPA agak sulit deteksinya karena tidak tersedia disemua laboratorium, jadi pada laporan tersebut kematian itu bisa serangan jantung dengan kolestrol, dan punya kadar BPA yang lumayan sehingga dianggap BPA memiliki kontribusi perburukan, ini jadi hambatan penegasan efek kematian akibat BPA tetapi sudah ada beberapa jurnal mengatakan BPA punya resiko angka kematian,jadi kita harus melek BPA” ungkap Farabi El Fouz.

Terkait dengan masih banyaknya penggunaan BPA dalam kemasan plastik yang selalu digunakan dalam kehidupan berkeluarga, Dokter Farabi El Fouz mengatakan dirinya berharap agar pemegang regulasi bisa memperhatikan hal-hal seperti, karena tidak ada toleransi bagi bayi, balita dan janin.

Mereka adalah kelompok usia rentan yang mudah terpapar BPA. Itu sebabnya sebaiknya agar pemegang regulasi mewajibkan ketentuan diberi label peringatan, agar wadah plastik yang mengandung BPA terdapat label peringatan agar tidak digunakan oleh bayi, balita dan janin.

“Intinya kita berharap pemegang regulasi memperhatikan hal tersebut. Saya perhatikan BPOM sudah mengeluarkan awareness terhadap hal ini (BPA), termaksud toleransi berapa itu di-mention oleh BPOM. Tapi kadang gini lho, Kita tahu BPA bermasalah tapi tetap dipakai. Tempat- tempat yang memang bukan dikhususkan untuk tempat makanan dimungkinkan ada BPA, tapi dipakai juga untuk tempat makanan. Kontainer misalnya, itu bukan untuk wadah makanan tapi kadang malah untuk tempat sayuran. Ini yang harus diwaspadai. Ini yang membuat manusia masih bersinggungan dengan BPA, apalagi bahan makan tersebut dipanaskan atau dalam keadaan panas,” urai Dokter Farabi El Fouz

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas