Mengenal Hepatitis C yang Jadi Momok Masyarakat Asia Tenggara dan Cara Penularannya
HCV dapat menyebabkan hepatitis akut dan kronis dengan tingkat keparahan mulai dari ringan hingga penyakit serius yang berpotensi dialami seumur hidup
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Namun sisanya, yakni 70 persen orang berpotensi mengembangkan infeksi HCV kronis.
Diantara mereka yang mengalami infeksi HCV kronis, risiko sirosis pun dapat mencapai angka sekitar 15 hingga 30 persen dalam waktu 20 tahun.
Saat ini ada sederet negara yang concern terhadap penyakit ini, satu diantaranya Malaysia yang dikenal memiliki sub-sektor wisata medis.
Chief Executive Officer (CEO) Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC), Mohd Daud Mohd Arif mengatakan bahwa pemerintah Malaysia turut concern terhadap penyakit ini karena jumlah penderitanya cukup banyak di kawasan Asia Tenggara.
Sehingga penggabungan sektor kesehatan dan pariwisata yang selama ini dikenal sebagai 'wisata medis' Malaysia pun kini fokus pula pada upaya penanganan terhadap Hepatitis C.
Baca juga: Perusahaan Farmasi Kolaborasi dengan Universitas untuk Lakukan Edukasi Kesehatan ke 15.000 Apoteker
Hal inilah yang ia perkenalkan kepada pasien dari Indonesia yang selama ini menjadikan Malaysia sebaga negara destinasi wisata medis pilihan.
"Salah satu package (paket) yang ada dan ditawarkan rumah sakit (anggota Malaysia Healthcare) adalah berkaitan dengan Hepatitis C," ujar Daud, dalam press conference Malaysia Healthcare (MH) Expo 2022, di Pullman Jakarta Central Park, Jakarta Barat, Rabu (23/3/2022).
Ia kemudian menjelaskan bahwa penyakit ini disebut sebagai silent killer karena tidak menimbulkan gejala sehingga penderitanya tidak mengetahui bahwa sebenarnya ia memiliki penyakit ini.
=Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memeriksakan diri (screening) sejak dini demi mengetahui apakah mereka memiliki penyakit ini atau tidak.
"Hepatitis C ini adalah satu penyakit yang silent, karena tidak ada symptom (gejala) yang muncul pada tubuh anda. Tapi penyakit ini dapat merusak organ hati dan organ lainnya, penyakit ini disebutnya sebagai silent killer. Jadi ini suatu hal yang sangat penting yang perlu disadari oleh masyarakat," jelas Daud.
Di Asia, kata dia, sekitar 30 juta orang menderita penyakit ini sedangkan di Indonesia, jumlahnya sekitar 3 jutaan orang.
Namun ia menilai angka penderita Hepatitis C di Indonesia kemungkinan melebihi apa yang tercatat selama ini, karena banyak yang tidak menyadari kemunculan penyakit silent killer ini.
"Di Asia Tenggara kurang lebih 10 juta, di Indonesia kurang lebih kira-kira 3 juta orang. Mungkin saja lebih dari angka itu, tapi mereka tidak tahu (jika penyakit itu kemungkinan ada pada tubuh mereka)," papar Daud.
Demi mengantisipasi penyakit ini, Daud menyarankan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan sejak dini terkait kemungkinan mereka memiliki Hepatitis C.