Digitalisasi Layanan Medis Tunjang Akurasi Tindakan Dokter ke Pasien
EMRAM adalah sistem yang mengukur kematangan digital (digital maturity) rumah sakit di seluruh dunia
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Transformasi digital kini telah menyentuh berbagai bidang, termasuk layanan medis. Transformasi digital layanan medis disebutkan mampu menunjang keakuratan tindakan medis (clinical decision support) yang mesti dilakukan bagi pasien merujuk pada rekam medis dan riwayat tindakan yang datanya telah tersistemasi secara digital.
Proses transformasi digital itu akan berdampak pada optimisasi, efisiensi, dan integrasi yang berkesinambungan pada layanan mutu, keselamatan, dan kenyamanan bagi pasien.
Hal tersebut dijelaskan Chief Executive Officer (CEO) RS Pondok Indah Group, dr Yanwar Hadiyanto, MARS, terkait capaian pihaknya meraih validasi Healthcare Information and Management Systems Society (HIMSS) Electronic Medical Record Adoption Model (EMRAM) Tingkat 6.
EMRAM adalah sistem yang mengukur kematangan digital (digital maturity) rumah sakit di seluruh dunia dengan tingkat 0 sebagai tahap terendah dan Tingkat 7 sebagai tahap tertinggi.
Dia menjelaskan, pencapaian EMRAM Tingkat 6 mencerminkan rumah sakit sudah menerapkan pencatatan data pasien yang paperless dan memanfaatkan sistem informasi teknologi pintar untuk meningkatkan kualitas, keamanan, dan efisiensi perawatan pasien.
Baca juga: XL Axiata-Google Workspace Bangun Kolaborasi Percepat Digitalisasi UMKM
Untuk menyempurnakan sistem dan teknologi di seluruh unit layanan, pihaknya melakukan kolaborasi antara seluruh jajaran IT serta tim operasional yang menjalankan di lapangan, manajemen, hingga tenaga medis.
Melalui transformasi digital yang komprehensif itu, kata dia, ketiga rumah sakit di bawah naungan pihaknya, menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang berhasil meraih EMRAM tingkat 6.
Baca juga: BNI Gandeng Grab untuk Dorong KUR dan Digitalisasi Pedagang Pasar
"Validasi HIMSS EMRAM Tingkat 6 merupakan bentuk pencapaian akan komitmen dalam meningkatkan kepuasan pasien melalui penyempurnaan kualitas layanan secara berkesinambungan," papar dia secara tertulis, dikutip Selasa (19/4/2022).
Dalam proses transformasi digital tersebut, jelasnya, rumah sakit mengintegrasikan layanan penunjang seperti laboratorium, farmasi, dan radiologi dengan rekam medis pasien, mengintegrasikan berbagai macam software dan ratusan alat medis.
Baca juga: Layanan Telemedisin SiCepat Terpacu oleh Lonjakan Kasus Omicron
"Transformasi juga mengimplementasikan IT security untuk memastikan 95-100 persen dokumentasi medis dilakukan secara digital dan terstruktur, serta didukung oleh clinical decision support yang telah tersistemasi,” kata dia.
Guna mengoptimalkan ekosistem kerja digital, dukungan data berbasis bukti diperlukan ada di setiap tahapan layanan.
"Penyediaan akses data dan informasi penting pada saat diperlukan akan membantu dokter membuat keputusan terkait rencana perawatan pasien berdasarkan riwayat medisnya, meminimalisir risiko kesalahan dalam perawatan pasien, serta menjaga kerahasiaan dan keamanan data pasien," kata dia.
Adapun Nina Windu Kirana selaku Chief of Financial and Technology Officer RS Pondok Indah Group, mengungkapkan, adopsi dan inovasi teknologi juga diterapkan dalam penggunaan rekam medis elektronik (RME).
"Hal itu bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas layanan dengan memberi kemudahan bagi dokter serta tenaga medis dalam upaya mengurangi kesalahan perawatan, input berganda (multiple entry), menyederhanakan alur pemeriksaan, serta memanfaatkan penggunaan data agar perawatan pasien lebih optimal,” kata dia.
Salah satu penerapan digitalisasi yang telah dilakukan pihaknya yang juga berperan penting dalam pencapaian EMRAM Tingkat 6 adalah penerapan closed loop administration, yaitu validasi secara digital dalam proses pemberian obat, darah, dan ASI perah (ASIP) bagi pasien rawat inap dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dengan pindai kode QR.
"Selain itu, dengan clinical decision support, sistem akan secara aktif memberikan notifikasi/alert bagi pasien dengan kondisi tertentu, misalnya pada pasien dengan alergi obat, risiko kontraindikasi antarobat, atau kondisi kehamilan saat dokter meresepkan obat-obatan tertentu. Notifikasi ini akan bermanfaat bagi tenaga medis dalam mengambil keputusan medis lanjutan. Teknologi ini telah diterapkan di klinik rawat jalan, rawat inap, Emergency, serta ICU," kata dia.