Pola Pengasuhan dan Sanitasi yang Buruk Jadi Pemicu Tingginya Jumlah Anak Stunting di Banyuwangi
Permasalahan stunting di Banyuwangi diakibatkan praktik pengasuhan yang kurang baik, kurangnya akses pangan bergizi, terbatasnya layanan kesehatan
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
![Pola Pengasuhan dan Sanitasi yang Buruk Jadi Pemicu Tingginya Jumlah Anak Stunting di Banyuwangi](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/angka-stunting-188-persen-yang-masih-di-bawah-target-rpjmn-2022-2024-yaitu-14-persen.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Saat ini, isu stunting menjadi fokus dan permasalahan secara nasional yang membutuhkan penanganan di masing-masing daerah.
Di Kabupaten Banyuwangi, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, memiliki angka stunting 18,8 persen yang masih di bawah target RPJMN 2022-2024, yaitu 14 persen.
Baca juga: Ditunjuk jadi Pj Gubernur, Bahtiar Bakal Soroti Soal Ketahanan Pangan dan Stunting di Sulsel
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Amir Hidayat mengatakan, permasalahan stunting di Banyuwangi diakibatkan praktik pengasuhan yang kurang baik, kurangnya akses pangan bergizi, juga terbatasnya layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi.
"Permasalahan stunting tidak hanya menjadi prioritas nasional, tetapi juga menjadi prioritas pemerintah Kabupaten Banyuwangi, dengan terus berupaya menekan angka kasus stunting hingga dapat mencapai target nasional, yaitu 14 persen," kata Amir Hidayat yang mewakili Bupati Kabupaten Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas saat peluncuran program program Isi Piringku di Banyuwangi belum lama ini.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dibentuk dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi periode ini, memengaruhi perkembangan fisik hingga perkembangan kognitifnya.
1000 HPK dihitung dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun pertama sehingga gangguan hingga kekurangan nutrisi dan gizi dalam periode ini dapat mengakibatkan stunting hingga permasalahan tumbuh kembang anak.
“Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari ras, genetik, keluarga, dan umur," kata Ina Adriatul Masulah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi.
Faktor eksternal atau faktor luar yang dapat kita kontrol dibagi lagi menjadi faktor prenatal, faktor persalinan, hingga faktor pasca natal, sehingga perlu memastikan kecukupan gizi sejak masa sebelum dan selama kehamilan, masa kelahiran hingga setelah kelahiran.
Baca juga: Dilantik Mendagri Jadi Pj Gubernur Kalbar, Harisson Azroi Fokus pada Program Penanganan Stunting
Health & Nutrition Senior Manager Danone Indonesia, Rizki Pohan mengatakan pihaknya memiliki misi membawa kesehatan ke sebanyak mungkin orang yang dituangkan lewat program Isi Piringku yang akan diselenggarakan di Banyuwangi selama 4 bulan ke depan.
"Akan dilakukan pengukuran, bagaimana dampak yang diterima sebelum dan setelah program ini berjalan. Dalam kegiatan peluncuran ini, diadakan pula pelatihan yang membahas tentang tumbuh kembang dan pola asuh anak dalam pencegahan stunting,” katanya.
Program ini mengampanyekan pedoman Isi Piringku terdiri makanan pokok yakni sumber karbohidrat dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring yang dilengkapi dengan lauk pauk dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring.
Untuk setengah piring lainnya diisi dengan proporsi sayur-sayuran dengan porsi 2/3 dan buah-buahan dengan porsi 1/3 piring dan panduan makan sehat tersebut tidak hanya membuat kenyang, tetapi juga memastikan tubuh sehat dan cukup gizi.
Baca juga: Bantu Cegah Stunting di Indonesia, Syarief Hasan Beri Bantuan Susu Ibu Hamil dan PMT Balita
Direktur Spektra, Roni Sya’roni mengatakan, untuk memastikan program Isi Piringku di Kabupaten Banyuwangi, mereka akan melakukan kegiatan pendampingan ke masyarakat dan membagikan media edukasi maupun praktik Isi Piringku.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.