Setahun Jelang Pemilu 2024, Tokoh Pemuda Buat Wadah untuk Dengar dan Kritisi Gagasan Calon Pemimpin
Berkenaan dengan ini, kumpulan pemuda lintas profesi berkumpul di acara soft-launching gerakan pemuda bernama Gagasan.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei dari sejumlah lembaga survei memperkirakan generasi z dan milenial di rentang usia 17-39 tahun akan mendominasi suara pemilih di Pemilu 2024.
Proporsi pemilih muda diprediksi mendekati 60 persen, atau sekitar 120 juta pemilik hak suara.
Berkenaan dengan ini, kumpulan pemuda lintas profesi berkumpul di acara soft-launching gerakan pemuda bernama Gagasan.
Koordinator Gagasan, Michael Victor Sianipar, menyampaikan pentingnya para pemuda memiliki wadah untuk bisa mengutarakan dan menuntut gagasan dari para calon pemimpinnya.
"Teman-teman yang berkumpul di sini sepakat bahwa politik Indonesia harus naik kelas. Indonesia butuh gagasan fresh, butuh inovasi dan solusi. Kami tidak ingin pemilu hanya jadi ajang gimik, hanya hiruk pikuk, dan pemuda hanya jadi penonton atau lebih parah lagi hanya sekedar jadi alat," kata Michael dalam diskusi bertajuk 'Deklarasi Cinta: Pemuda dan Perubahan' di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
Sebab menurutnya pemuda tak lagi hanya jadi penonton atau sekedar alat yang dimanfaatkan calon pemimpin untuk meraup suara. Namun kata Michael sudah harus mulai berperan dalam perubahan dan kemajuan bangsa.
"Kami mau dengar dan kritisi gagasan para calon pemimpin. Kami juga mau gagasan kami didengar dan dijalankan. Pemuda harus jadi bagian aktif dari perubahan dan kemajuan bangsa,” terang Michael.
Jovial Da Lopez, seorang aktor dan Youtuber yang hadir sebagai pembicara diskusi menyampaikan pentingnya pemuda terlibat dalam proses politik.
Menurutnya pemuda sebagai pemegang saham terbesar dari segi jumlah suara dan pewaris masa depan, harus berani mengambil peran besar dalam proses pengambilan keputusan bangsa.
"Saya ingin mendorong agar teman-teman pemuda gen z dan milenial agar tidak hanya menjadi penonton. Kita punya suara yang harus kita gunakan di 2024 ini. Baik dalam memilih calon pemimpin terbaik maupun dalam memunculkan pemimpin dari kalangan pemuda itu sendiri," kata Jovial.
Sementara itu, pembicara dari kalangan advokat dan akademisi, Togi Pangaribuan mengatakan bahwa pemuda harus bijak menentukan pilihannya nanti.
Pemuda dipandang perlu untuk pintar menyikapi banjirnya informasi dan perkembangan teknologi, serta menghindari perpecahan.
Baca juga: PPATK Temukan Indikasi Praktik TPPU dalam Proses Pendanaan Pemilu, KPK Tunggu Laporan
"Pemuda harus bersatu, pintar menyikapi banjirnya informasi dan perkembangan teknologi untuk menghindari perpecahan dan digunakannya pemuda hanya sebagai komoditas politik," katanya.
"Pilihan politik harus diambil melalui pertimbangan yang obyektif dan putusan yang informed. Perbedaan pilihan politik itu biasa asal tetap mengedepankan persatuan," ucap Togi.
Dalam kesempatan itu turut hadir pembicara lainnya yang membagikan perspektif mereka, yakni anggota DPR RI Komisi XI Puteri Komaruddin dan CEO Asumsi Pangeran Siahaan. Acara dihadiri oleh sekitar 100 pemuda dari berbagai kalangan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.