Pengamat: Partai Islam Makin Banyak, Tak Kunjung Menjadi Kekuatan yang Diperhitungkan
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu menegaskan terbelahnya suara Partai Islam menjadi problem tersendiri.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai banyaknya Partai Islam menjadi penyebab Partai Islam tak kunjung menjadi kekuatan yang diperhitungkan.
Adapun hal itu disampaikannya pada diskusi bertajuk Peluang Partai Politik Islam pada Pemilu 2024, diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jumat (16/6/2023).
Baca juga: Partai Islam Dinilai Belum Bisa Menjadi Kekuatan Penentu, Pangi: Terbukti dari 1955 Hingga Sekarang
"Kalau misalnya ingin menjadi kekuatan yang cukup diperhitungkan. Hanya memang problemnya adalah belakang justru makin banyak lagi Partai Islam sehingga menurut saya semakin banyak Partai Islam, justru akan terjadi split antar pemilih partai berbasis Islam," kata Pangi.
Pangi melanjutkan dan pada saat yang sama hal itu, melemahkan partai Islam sendiri.
"Karena afiliasinya terlalu besar dan banyak. Apalagi muncul sekarang ada Partai Ummat, partai yang memang afiliasinya adalah Partai Islam," sambungnya.
Baca juga: Daftar Politisi Pindah Partai Jelang Pemilu 2024, Terbaru Ada Sandiaga Uno
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu menegaskan terbelahnya suara Partai Islam menjadi problem tersendiri.
"Ketika terlalu banyak Partai Islam, itu tidak akan menjadi kekuatan dominan. Pertanyaannya adalah kenapa selama ini Partai Islam, tidak pernah menjadi kekuatan yang dominan yang cukup dipertimbangkan diperhitungkan dari 1955 sampai sekarang," tanyanya.
Kata Pangi maka banyak juga yang mengatakan bahwa kemungkinan Partai Islam menjadi partai pemenang pemilu cukup sulit.
"Karena hampir tidak pernah masuk menjadi partai pemenang pemilu," tuturnya.