Budiman Sudjatmiko Bandingkan Prabowo dengan Ganjar soal Kemampuan Satukan Kaum Nasionalis
Politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko, membandingkan Prabowo dengan Ganjar soal kemampuan satukan kaum nasionalis. Singgung senioritas.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
Kendati pernah berhadapan pada masa itu, Budiman menilai situasi saat ini sudah berbeda.
Budiman menegaskan masa lalu adalah hal yang harus dikenang, sedangkan saat ini ia merasa perlu berfokus pada masa depan demi bangsa.
"Ketika sekarang situasi sudah lebih baik bagi bangsa, saling dewasa, bicara perbedaan, maka kita mengenang masa lalu sebagai masa lalu, masa depan bukan untuk kami, tapi untuk bangsa," bebernya.
Hal senada turut disampaikan oleh Prabowo Subianto.
Menteri Pertahanan ini menilai sekarang dirinya dan Budiman memiliki cita-cita yang sama, yaitu demi rakyat.
Baca juga: Kala Prabowo Puji Budiman Sudjatmiko Sebagai Aktivis hingga Ahli Debat, Cocok Pemimpin Masa Depan
"Kita memang pernah berhadapan, tapi yang buat kita dulu suatu keadaan."
"Kita sebenarnya memiliki cita-cita yangs ama, bahwa Mas Budiman punya cita-cita memperjuangkan kesejahteraan rakyat, keadilan rakyat, kemamukan bangsa. Itu persis juga cita-cita saya dari kecil," kata Prabowo.
Tak Masalah jika Dipanggil DPP PDIP
Budiman Sudjatmiko mengaku siap dipanggil DPP PDIP terkait pertemuannya dengan Prabowo Subianto, Selasa malam.
"Oh nggak masalah. Saya suka biasa kok dipanggil-panggil," kata Budiman.
Ia beranggapan pertemuannya dengan Prabowo bukan sebuah risiko.
Justu, menurut Budiman, adalah hal yang bagus jika dirinya dipanggil PDIP.
Budiman menilai panggilan itu justru menunjukkan adanya komunikasi.
"Dipanggil kan bukan sebuah risiko, biasa aja, malah justru bagus toh ada komunikasi. Jangan-jangan selama ini gak bisa dipanggil, justru bisa ketemu," jelasnya.
Lagi pula, kata Budiman, pertemuannya dengan Prabowo hanya berdiskusi biasa.
Sebaliknya, kedatangannya tidak mewakili PDIP maupun Megawati Soekarnoputri.
"Ini individu pribadi saya. Kalau yang mewakili partai Ibu Mega, yang mewakili partai itu Sekjen, bukan saya. Mbak Puan," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Igman Ibrahim, Kompas.com/Tatang Guritno)