Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Momen Akrab dengan Jokowi Dianggap Jadi Sinyal, Ganjar atau Prabowo yang Paling Kuat Raih Dukungan?

Maka tak heran, kebersamaan Jokowi saat dengan capres tertentu dalam sebuah acara langsung diasumsikan sebuah sinyal dukungan.

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Momen Akrab dengan Jokowi Dianggap Jadi Sinyal, Ganjar atau Prabowo yang Paling Kuat Raih Dukungan?
Kolase Tribunnews.com
Bacapres Ganjar Pranowo (kiri), Presiden Jokowi (tengah) dan Bacapres Prabowo Subianto (kanan). Kedekatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan bakal calon presiden (Bacapres) dapat dimaknai sebagai sinyal dukungan di Pilpres 2024. 

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, Presiden Jokowi sangat berpotensi menjadi King Maker di 2024, bukan hanya bagi terbentuknya poros koalisi melainkan juga preferensi masyarakat terhadap para kandidat di pilpres.

“Jadi kalau koalisi itu kan pengaruh Jokowi kepada para ketua umum, tetapi pada tataran pemilih masyarakat itu pengaruh Jokowi kepada masyarakat dan itu kaitannya dengan tingkat kepuasan,” katanya.

Oleh sebab itu, Qodari menegaskan untuk dapat menjadi king maker di 2024, Presiden Jokowi harus mempertahankan tingkat kepuasannya minimal diangka 70 persen.

“Kalau Pak Jokowi mau jadi king maker di level masyarakat maka kemudian tingkat kepuasannya harus selalu tinggi minimal 70 persen. Semakin tinggi tentu posisi Pak Jokowi sebagai king maker akan semakin kuat dan tambah kuat peran sebagai king maker,” ucapnya.

Qodari membandingkan tingkat kepuasan menjelang akhir kepemimpinan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Jokowi, dimana saat akhir masa jabatan Presiden SBY sulit menjadi king maker karena tingkat kepuasannya rendah.

Baca juga: M Qodari: Jokowi-Isme dan Gelombang Sang Kaesang di Pemilu 2024

“Sebagai perbandingannya, peran sebagai king maker ini kan sulit dilakukan oleh SBY tahun 2013. Pertama karena dia sibuk dengan masalah partai politiknya, waktu itu banyak kasus. Kedua, setahun sebelum pencoblosan tingkat kepuasan SBY di surveinya Indo Barometer cuma 37 persen, bahkan beberapa bulan sebelumnya di survei LSI Lingkaran kalau nggak salah itu 35 persen saja,” ujarnya.

Sehingga menjadi mustahil, kata Qodari, jika tingkat kepuasan seorang presiden rendah dapat berpengaruh terhadap konstelasi pilpres berikutnya.

Berita Rekomendasi

“Bahkan sebaliknya, kalau ada presiden petahana tingkat kepuasannya 30 persen itu malah bahaya bagi calon yang didukungnya karena justru akan kalah. Masyarakat tidak mau memilih calon yang diendorse oleh presiden yang tingkat kepuasannya rendah,” tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas