Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mendominasi Kelompok Pemilih pada Pemilu 2024, Bivitri: Kaum Muda Dijadikan Objek oleh Politisi

Hal itu ia ungkapkan saat menjadi pembicara dalam acara Simposium Pemuda Indonesia di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (4/11/2023).

Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Mendominasi Kelompok Pemilih pada Pemilu 2024, Bivitri: Kaum Muda Dijadikan Objek oleh Politisi
Tribunnews.com/ Fersianus Waku
Pakar Hukum Tata Negara, Bivitri Susanti di Cikini, Jakarta, Senin (16/10/2023). Bivitri mengatakan saat ini anak muda dijadikan objek oleh para politikus. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera dan juga pakar hukum tata negara, Bivitri Susanti mengatakan saat ini anak muda dijadikan objek oleh para politikus.

Hal ini mengingat secara statistik dalam Pemilu 2024 mendatang, pemilih didominasi oleh kelompok Generasi Milenial dan Generasi Z.

Hal itu ia ungkapkan saat menjadi pembicara dalam acara Simposium Pemuda Indonesia di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (4/11/2023).

"Anak muda itu sudah diobjektifikasi oleh para politikus dan yang-yang yang menganggap bahwa, teman-teman kan dijadikan objek, katanya 'oh pemilih banyakan anak muda tuh statistiknya, ya sudah kita pura-pura muda yuk,'" ujar Bivitri.

Dalam menarik simpati kaum muda ini, lanjut Bivitri, para politikus pun mulai menampilkan citra yang erat dan tidak asing bagi kelompok-kelompok itu. Mulai dari gaya berpakaian hingga mengubah citra media sosial.

"Langsung deh mulai dari cara berpakaian, cara bermedia sosial, padahal mereka enggak muda sebenarnya, tapi kalian diobjektifikasi," tuturnya.

Berita Rekomendasi

"Menampilkan citra geboy, soalnya anak muda suka gitu, padahal sebenarnya dia orang tua. Padahal lagi-lagi menurut saya bukan soal umur, cara berpikirnya, jadul apa enggak," tambah Bivitri menegaskan.

Padahal, para kelompok muda ini menurutnya harus menjadi subjek, bukan objek. Caranya, harus ada ruang yang cukup dan setara. Ruang yang setara, sebagaimana dijelaskan oleh Bivitri, adalah ruang yang tidak melihat privilese, wilayah, hingga agama dan etnis.

"Itu ruang yang harus diciptakan. Ruang itu, ruang untuk berpikir, itu yang utama, ruaang untuk kritik, dan ruang untuk berkembang," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas