Prabowo-Gibran Disebut Neo Orde Baru, Fadli Zon: Pak Jokowi Ubah Haluan, Tidak Boleh Nangis
Fadli menilai, tuduhan tersebut kurang tepat. Menurutnya, apa yang dilakukan Prabowo selama ini merupakan proses yang demokratis.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon merespons Prabowo-Gibran disebut neo Orde Baru (orba).
Fadli menilai, tuduhan tersebut kurang tepat. Menurutnya, apa yang dilakukan Prabowo selama ini merupakan proses yang demokratis.
"Pak Prabowo itu memilih jalan demokrasi di dalam politik konstitusional, jadi kita membangun partai, jadi kita tidak ujuk-ujuk langsung loncat atau lakukan tindakan-tindakan di luar konstitusi," ucap Fadli Zon, saat ditemui usai aksi bela Palestina, di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (5/11/2023).
Baca juga: Momen Riza Patria Salah Sebut Nama Capres-Cawapres KIM, Jadi Prabowo-Sandi: Maaf Itu Sudah ke Laut
Fadli kemudian mengatakan hal itu jangan dilihat secara ganda. Menurutnya, perubahan arah haluan politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak lantas membuat figur dan kinerja RI1 yang telah dibangun selama ini menjadi negatif.
Justru menurutnya, perubahan haluan politik Jokowi perlu menjadi catatan bagi pihak lain, bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa terjadi dalam dunia politik.
"Dan jangan juga kalau kita melihat proses ini melihatnya secara ganda juga. Di satu sisi hanya karena perubahan haluan arah mungkin dalam hal ini Pak Jokowi, kemudian hal-hal yang kemarin dilakukan jadi negatif," kata Fadli.
Baca juga: Prabowo Tak Hadir Aksi Bela Palestina, Fadli Zon: Ada Kegiatan Lain
"Jadi saya kira selama ini apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi tentu ada saja mungkin yang bisa menjadi catatan oleh banyak orang-orang yang tidak sependapat. Tetapi saya kira apa yang terjadi ini kan bagian dari proses politik yang sudah biasa. Jadi tidak perlu bersedih hati, tidak boleh menangis," sambungnya.
"Saya kira bersedih hati dan menangislah untuk Palestina ini. Itu lebih tepat daripada hanya untuk politik domestik yang saya kira biasa-biasa saja."
Diberitakan sebelumnya, Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat menuding pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai cerminan neo-Orde Baru masa sekarang.
Djarot meminta seluruh partai politik pendukung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD untuk bersatu menghadapi mereka berdua.
"Terus bergerak, Ganjar-Mahfud MD pastikan akan terus perkuat demokrasi. Bersama kita hadapi Prabowo-Gibran sebagai cerminan Neo-Orde Baru masa kini," ujar Djarot lewat keterangannya, Sabtu, (4/11/2023).
Baca juga: Alasan Jaringan Induk KUD Dukung Prabowo di Pilpres: Berpihak ke Ekonomi Pancasila
Dia berkata bahwa kemenangan dimulai dari rakyat yang memfokuskan pergerakan di akar rumput atau lingkup paling bawah.
Djarot turut menyinggung kasus penurunan baliho Ganjar-Mahfud di Bali saat kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.
"Rakyat bereaksi keras atas mobilisasi aparat dengan melakukan penurunan bendera, baliho, dan berbagai atribut dukungan terhadap Ganjar-Mahfud MD," ujarnya.
Di samping itu, dia menyindir putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia capres dan cawapres yang membuka jalan bagi Gibran untuk menjadi cawapres.
Djarot menyebut spiritualitas bangsa Indonesia mengajarkan bahwa tak ada tempat untuk pihak yang memiliki ambisi kekuasaan dan cinta terhadap keponakan hingga MK pun dikebiri.
"Kini kekuatan moral lahir kembali. Inilah fondasi terpenting Ganjar-Mahfud MD, kokoh pada moral kebenaran dan berdedikasi total pada rakyat, bangsa, dan negara, bukan pada keluarga," kata Djarot.