Adu Strategi Tim Sukses Anies-Cak Imin, Ganjar-Mahfud & Prabowo-Gibran terkait Bonus Demografi 2045
Tim sukses pasangan capres cawapres memberikan pandangan dan strategi untuk menghadapi bonus demografi 2045.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Dewi Agustina
Menurutnya, peningkatan skill paling utama supaya sumber daya manusia dapat menjawab demand yang ada di dunia kerja.
Roby menururkan bahwa Ganjar Pranowo saat memimpin Jawa Tengah mampu menyediakan lapangan kerjanya bagi siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"SMK di Jateng itu, yang diresmikan Pak Jokowi, disitu terbukti bahwa mas Ganjar sukses di Jawa Tengah bahkan diakui pemerintah dengan tiga kali mendapat penghargaan dari Badan Kepegawaian Negara (BKN)," urainya.
Dia menilai pengangguran juga berkaitan dengan kemiskinan.
Roby menuturkan bahwa capres Ganjar lahir dari keluarga yang sederhana, ayahnya hanya lulusan SD dan ibunya hanya lulusan SMP.
Bahkan, kakak kandungnya hanya satu yang bisa mengenyam pendidikan hingga bangku perguruan tinggi.
"Mas Ganjar itu ayahnya lulusan SD ibunya lulusan SMP, kakak nomor satunya juga lulusan SMA. Baru kakak nomor dua kuliah. Nah Mas Ganjar ini di keluarganya enggak ada tradisi kuliah karena orang tuanya lulusan SD, SMP karena kakak nomor duanya kuliah," kata Roby.
Roby bercerita Ganjar pun terinspirasi dari salah satu kakak kandungnya yang bisa kuliah.
Akhirnya, ia pun masuk menjadi mahasiwa di Universitas Gajah Mada (UGM).
Oleh sebab itu, dia meyakini Ganjar menjadi satu-satunya capres yang paling paham mengenai kemiskinan di Indonesia.
"Dia tidak hanya pernah mengalami miskin tetapi waktu kuliah paham kenapa orang miskin. Itu bedanya. Mas Ganjar pernah mengalami miskin dan paham secara intelektual kenapa manusia itu bisa miskin," katanya.
Selepas lulus dari UGM, Roby mengakui bahwa Ganjar pernah kerja di salah satu perusahaan di Jakarta.
Saat itu, Eks Gubernur Jawa Tengah itu pun memutuskan untuk tidak melanjutkan demi memperjuangkan masyarakat miskin.
Ia menjelaskan bahwasanya Ganjar pun memilih bergabung partai politik menjadi kader PDIP pada 1992 lalu.