Balas Kritik Luhut soal TKA China, Jubir AMIN: Lapangan Pekerjaan Anak Bangsa Semakin Direbut!
Ucapan Luhut yang direspons terkait Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China di Indonesia yang dinilai lebih mumpuni dalam beberapa bidang.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Tim Nasional Pemenangan Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Hasreiza merespons komentar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan.
Ucapan Luhut yang direspons terkait Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China di Indonesia yang dinilai lebih mumpuni dalam beberapa bidang.
Hasreiza atau lebih dikenal dengan Reiza Patters tak sependapat. Menurutnya, Pemerintah Indonesia seharusnya mampu bersikap lebih dominan dengan meningkatkan posisi tawar-menawar dalam perjanjian investasi dengan China.
"Jangan juga setiap investasi mereka yang masuk ke Indonesia, harus disertai dengan tenaga kerja yang mereka bawa dari negerinya. Ini mengurangi kesempatan kerja dari anak bangsa kita sendiri," kata Reiza, Minggu (24/12/2023).
Ia turut menyorot peran TKA dari China tersebut selalu mengerjakan pekerjaan kasar sehingga anak-anak bangsa tidak memiliki kesempatan untuk belajar bahkan berujung pada penyempitan lapangan pekerjaan.
"Dari data kementerian tenaga kerja, per September 2023, tenaga kerja dari China mendominasi tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia, yakni sebesar 57.738 atau 48 persen. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta pada Agustus 2023," jelasnya.
Adapun jumlah tersebut setara 5,3% dari total 147,71 juta angkatan kerja atau 3,69% dari total 212,59 juta penduduk usia kerja.
"Artinya, kita sendiri masih membutuhkan lapangan kerja bagi warga negara kita sendiri. Penggunaan tenaga kerja dari China yang terlalu banyak dan hal ini dianggap tidak sebanding dengan besar investasi mereka yang masuk ke Indonesia, justru merebut lapangan kerja dari anak bangsa kita sendiri," imbuh Reiza.
"Apalagi di beberapa lokasi proyek seperti di tambang Nikel Morowali Utara, di mana melibatkan banyak tenaga kerja dari China, terjadi bentrokan dengan pekerja lokal. Selain karena perbedaan upah yang cukup signifikan antara pekerja China dengan pekerja lokal, juga disebabkan oleh perlakuan yang tidak setara antara pekerja lokal dengan pekerja dari China," lanjutnya.
Dirinya menambahkan akibat dari penyediaan fasilitas dan sarana kerja yang tidak memadai serta tidak jelasnya faktor keselamatan dan kesehatan kerja, dapat menimbulkan bibit-bibit demonstrasi dari para pekerja.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.