Data Percakapan di Media Sosial soal Debat Cawapres dan Pengaruhnya kepada Pemilih
Tiga cawapres itu adalah Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.
Editor: Hasanudin Aco
Meski meraih emotion trust cukup besar, Gibran juga mendapat emotion disgust atau kekecewaan paling besar di antara cawapres lainnya sekitar 15 persen.
Gibran disebut menggunakan strategi yang sama dengan Presiden Jokowi saat menanyakan perihal singkatan maupun istilah yang sulit dipahami.
Di sisi lain, Mahfud merupakan cawapres dengan tingkat perbincangan positif tertinggi sekitar 65 persen, dibandingkan Gibran 48 persen dan Muhaimin 33 persen.
Tingginya sentimen positif Mahfud juga diikuti dengan emotion trust yang besar hingga mencapai 65 persen.
Tertinggi di antara cawapres lainnya.
Selanjutnya diikuti emotion anticipation 13 persen.
Penampilan Mahfud dinilai sebagai hasil dari pengalaman dengan ketenangan dalam setiap jawaban.
Mahfud dinilai mampu menjawab pertanyaan sulit yang dilontarkan oleh Gibran menggunakan Helicopter view.
"Pengalaman, keyakinan, track record, jam terbang menjadi salah satu landasan keyakinan publik. Ini yang ditunjukan pada Mahfud. Hal inilah yang membuat netizen mengapresiasi Mahfud dengan ketenangan, jawaban debat yang menggunakan pendekatan rasional dan argumentatif," papar Rustika.
Muhaimin secara persentase sentimen mendapatkan porsi yang relatif berimbang antara postif, negatif, dan netral.
Selama debat, Muhaimin kerap kali menyebut 'slepet' sebagai jargon yang melekat dengan dirinya dan program AMIN.
Tercatat sebanyak 1.152 unggahan memention jargon tersebut dalam perbincangan Muhaimin dan terbukti menjadi istilah yang paling banyak dipake netizen.
Bahkan, dipakai netizen untuk ganti “men-slepet” Muhaimin.
Emotion yang paling dominan dalam perbincangan Muhaimin yakni emotion trust sekitar 35 persen, diikuti emosi anticipation sekitar 20 persen.
Muhaimin dinilai cukup rendah hati untuk berkata tidak tahu terhadap pertanyaan dari Gibran mengenai SGIE (State of the Global Islamic Economy).
"Muhaimin dinilai sebagai politisi yang pandai berdiplomasi, mencoba mencari atensi publik dengan narasi perubahan. Di sisi lain netizen masih terbawa dalam euforia debat capres antara Anies dan Prabowo sehingga netizen melihat ada asumsi untuk 'balas dendam' terlihat dalam debat tersebut. Misalnya melalui ungkapan 'anda tidak menjawab pertanyaan saya' atau 'kok gak konsisten'," kata Rustika.
Berdasarkan peta jejaring perbincangan netizen di Twitter/X, kelompok netizen netral menguasai perbincangan sekitar 34,11 persen, dengan sorotan terbanyak mengarah kepada Gibran yang dianggap menguasai tema debat.
Netizen terekam memberi julukan Gibran sebagai 'El-Sulfat',
Muhaimin sebagai 'El-Slepet', sedangkan Mahfud dianggap sebagai sosok senior yang sopan dan menghargai lawan.
Adapun kelompok-kelompok lain yang juga mengisi perbincangan antara lain kelompok pendukung Gibran 25,42 persen, kelompok pendukung Muhaimin 19,51 persen, dan kelompok pendukung Mahfud 17,38 persen.
Sumber: Kompas.com/Tribunnews.com