Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gastronomi Ala Ganjar-Mahfud Menghindari Penyeragaman Pangan Bergizi

Juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Chico Hakim membeberkan program gastronomi yang bakal dilakukan pihaknya.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Gastronomi Ala Ganjar-Mahfud Menghindari Penyeragaman Pangan Bergizi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Calon Presiden Ganjar Pranowo bersama Calon Wakil Presiden Mahfud MD saat acara dialog terbuka bersama Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (23/11/2023). Dalam dialog yang dihadiri mahasiswa, para kader Muhammadiyah dan masyarakat umum tersebut pasangan capres dan cawapres menyampaikan visi dan misinya. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Chico Hakim membeberkan program gastronomi yang bakal dilakukan pasangan capres dan cawapres nomor urut 3.

Program ini untuk mendongkrak kualitas gizi, memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM), dan menggerakkan ekonomi nasional.

Chico memandang program makan siang gratis cenderung menyeragamkan sumber gizi pada susu dan telur.

Padahal, komponen pangan bergizi bisa didapat tak hanya dari susu, tetapi juga aneka pangan lokal.

"Sudah banyak studi  menunjukkan telur lebih bergizi ketimbang susu. Terus kalau bicara soal laktosa intoleran atau ketidakmampuan untuk sepenuhnya mencerna gula (laktosa) dalam produk susu itu hampir 70 persen orang Asia memiliki laktosa intoleran tersebut," ucap Chico kepada wartawan, Selasa (2/1/2023).

Chico mengatakan, gastronomi ala Mahfud merupakan bentuk kearifan lokal suatu daerah pada bahan baku makanan, untuk diramu menjadi pangan.

Menurut Chico, pasangan Ganjar-Mahfud ingin menghindari penyeragaman pangan dengan dalih pemenuhan gizi.

BERITA REKOMENDASI

Hal itu berpotensi meningkatkan ketergantungan impor karena membuat kebutuhan satu komoditas pangan bergizi menjadi tinggi.

"Jangan sampai impor dinaikkan atas nama pemenuhan gizi," ucap Chico.

"Padahal banyak jenis makanan dari bahan baku lokal yang setara gizinya dengan susu impor, misalnya," tambahnya.

Chico mengakui ide makan siang dan susu gratis bisa dibenarkan dengan revitalisasi peternak dalam negeri.

Namun masalahnya, sekalipun kebutuhan sapi sangat banyak, saat ini olahan pangan yang berasal dari sapi tetap impor.


Lebih lanjut, Chico memandang, gastronomi bakal membuat asupan gizi jadi beragam. Sesuai dengan potensi aneka pangan yang ada di masyarakat.

Selanjutnya pemerintah membantu pangan lokal naik kelas menjadi lebih bergizi tinggi.

"Kalau kita bicara makan siang gratis, apakah nasi harus diberikan kepada orang Papua tiga kali sehari?. Jadi, kita jangan juga mengubah gaya hidup orang, sementara gaya hidup itu tidak berarti makanan yang dia asup itu tidak bergizi," jelasnya.

Gastronomi yang berorientasi pada pangan bergizi bakal ditopang dengan pendirian puskesmas kelas C di 50.000 desa. Nantinya berperan melawan stunting.

Alasannya, sebagian besar warga ada yang tak memahami bila banyak aneka pangan lokal sesungguhnya bisa diolah untuk mencegah stunting, selain telur.

"Dia (masyarakat) sebenarnya punya bahan pangan yang bergizi di rumah. Cuma, enggak tahu mana yang harus dimasak untuk anaknya," tutur Chico.

Puskesmas dan tenaga kesehatan di desa, menurut Chico, sangat penting untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pangan nabati dan hewani yang dapat diolah guna mencegah stunting.

Selain itu, puskesmas berguna sebagai pendeteksi dini stunting di desa.

Kenyataannya, banyak kasus stunting terjadi di daerah yang sebenarnya punya sumber pangan bergizi.

"Hal itu karena enggak ada penyuluhan kesehatan," ucap Chico.

Baca juga: Ganjar Luncurkan Program Internet Gratis untuk Siswa, Bakal Diperluas ke Ruang Publik

Chico memahami ide gastronomi yang berorientasi pada bahan pangan bergizi belum tercantum dalam visi-misi Ganjar-Mahfud.

"Cuma ke depan akan kita lakukan," ujar Chico. "Ini juga terkait keseluruhan, bicara ketahanan pangan."

Sebelumnya, cawapres Mahfud mengkritik program makan siang Prabowo-Gibran. Ia menyebut, program itu tak menguntungkan karena mayoritas komponennya, terutama susu, berasal dari impor.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas