Media Asing Soroti Dinasti Jokowi, Pengamat Ingatkan Isu Antipolitik Dinasti Sedang Bekerja
Pemberitaan tersebut berpotensi punya dampak bagi WNI pemilih yang bermukim di luar negeri.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti memandang isu potensi politik dinasti Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang disorot media asing dari Amerika Serikat (AS) The New York Times pada Minggu (7/1/2024) akan berdampak pada citra Jokowi di luar negeri.
Pemberitaan tersebut, menurutnya juga berpotensi punya dampak bagi WNI pemilih yang bermukim di luar negeri.
Namun demikian, Ray mengatakan pemberitaan tersebut tidak akan punya dampak signifikan terhadap elektoral pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Hal tersebut disampaikannya usai konferensi pers Survei Nasional Peta Elektoral Pemilu 2024 Gagas Lintas Data (Galidata.id) di kawasan Jakarta Pusat pada Kamis (11/1/2024).
"Kalau ke dalam negeri nggak, tapi citra Pak Jokowi ke luar negeri mungkin. Tapi jangan lupa, ada banyak pemilih kita juga di luar negeri yang itu punya dampak terhadap mereka. Kalau pemilih kita yang di luar negeri itu, ya punya dampak. Tapi kalau ke dalam negeri, ke Gen Z-nya ya tidak. Mereka nggak baca itulah," kata Ray.
Baca juga: 10 Hasil Survei Capres Terbaru: Anies Vs Ganjar Bersaing Ketat Lolos ke Putaran 2 Pilpres 2024
Ray mengingatkan isu tersebut tengah bekerja saat ini meskipun di awal kemunculannya tidak memberikan dampak elektoral sebagaimana yang terekam salam sejumlah survei.
Indikasinya ia melihat saat ini gimmik gemoy dari calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto kurang diminati.
Indikasi kedua, ia melihat semakin meningkatnya intensitas gerakan mahasiswa yang menolak politik dinasti.
Di samping itu menurutnya, kelompok yang mampu efektif mendiseminasi isu gerakan anti dinasti dan antinepotisme itu adalah kalangan mahasiswa.
"Itu yang saya sebut tadi, isu ini sedang bekerja. Dari mana kita melacaknya? Pertama, soal isu gemoy yang makin kurang diminati. Yang kedua makin meningkatnya intensitas gerakan mahasiswa yang menolak politik dinasti," kata dia.
"Tadi saya buat perbandingan kalau 1 mahasiswa yang ikut aksi itu saja mengirim WA ke temannya 10 orang di kampung, anda bisa bayangjan berapa juta yang mereka bisa pengaruhi dengan isu antipolitik dinasti," sambung dia.
Indikasi lainnya, ia meliht bagaimana strategi kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden lainnya yang menyasar Gen Z.
Menurutnya, antusiasme Gen Z yang berpartisipasi dalam acara kampanye paslon lain bisa ditafsirkan sebagai kecenderungan sikap mereka terhadap antipolitik dinasti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.