TPN Ganjar-Mahfud Tuding Ada Konspirasi Menangkan Pasangan Prabowo-Gibran
Menurut Todung, hal tersebut terlihat dari berbagai dugaan kecurangan di beberapa daerah di Indonesia.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Bidang Hukum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo - Mahfud MD, Todung Mulya Lubis mengatakan, ada konspirasi untuk memenangkan pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Todung, hal tersebut terlihat dari berbagai dugaan kecurangan di beberapa daerah di Indonesia.
"Saya melihat ada konspirasi untuk memenangkan paslon tertentu khususnya paslon nomor 2," kata Todung dalam jumpa pers di Media Center TPN, Jalan Cemara, Menteng, Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Dia mencotohkan dugaan kecurangan, seperti muncul rekaman suara ajakan memilih Prabowo-Gibran yang diduga dilakukan pejabat Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.
"Kita mendengar percakapan antara beberapa pejabat setempat, apakah itu Kepala Kejaksaan, pihak Dandim ya, kemudian juga pihak kepolisian yang meminta kepada warganya untuk memilih paslon nomor 2," ujar Todung.
Selain itu, Todung juga menyinggung beredarnya video Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kota Medan yang juga Sekretaris PGRI Kota Medan Andy Yudhistira diduga mengajak para kepala sekolah memilih Prabowo-Gibran.
Dia menegaskan, tindakan-tindakan tersebut bisa mempengaruhi perilaku para pemilih untuk menentukan pilihannya atau yang biasa disebut voting behavior.
"Ini dalam masyarakat yang kita sebut dalam ilmu politik dan patron client, itu bisa mengikuti apa yang dikatakan oleh patronnya," tutur Todung.
Tak hanya itu, Todung juga menyoroti beredarnya video Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Muhammad Hasbi yang mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengangkat jutaan pegawai negeri sipil (PNS) jika Prabowo-Gibran menang.
"Pola ini kita lihat di mana-mana bahwa ada konspirasi untuk memenangkan salah satu paslon dan paslon nomor 2. Dan kalau kita biarkan, ini akan menjadi cacat ya buat Pemilu buat Pilpres yang kita adakan kali ini," imbuhnya.