Menteri Pertanian Amran Sejalan dengan Gibran Soal Food Estate: Bukan Proyek Instan, Butuh Proses
Food estate di Temanggung dan Wonosobo seluas 907 hektar yang disebut telah berhasil panen komoditas hortikultura.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengutarakan pernyataan serupa seperti calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, soal proyek food estate.
Pada debat cawapres terakhir, Gibran mengatakan proyek food estate tak bisa dilihat dalam waktu singkat karena membutuhkan proses, jadi tak bisa instan.
Gibran juga mengatakan bahwa tak semua proyek food estate gagal. Ada food estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang diklaim berhasil.
Senada dengan Gibran, Amran mengatakan, dari berbagai proyek food estate yang sedang dikerjakan di beberapa daerah, telah berjalan baik dan sesuai target.
Baca juga: Program Food Estate Akan Dihentikan Saat Anies-Cak Imin Menang, Timnas AMIN: Kita Butuh Perubahan
Amran mengatakan, food estate bukan proyek instan, sehingga membutuhkan proses.
Adapun pernyataan Amran ini sekaligus membantah perkataan cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD yang mereka ungkapkan saat debat cawapres terakhir.
Mereka kompak menilai bahwa proyek food estate adalah program yang gagal.
"Food estate ini bukan proyek instan, butuh proses. Kenyataannya kita memiliki 10 juta hektar yang sebelumnya tidak dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Kami sekarang menggarap itu, butuh proses, butuh teknologi agar menjadi lahan produktif," kata Amran dalam keterangan tertulis, Senin (22/1/2024).
Ia mencontohkan food estate di Humbang Hasundutan seluas 418,29 hektar.
Kemudian, food estate di Temanggung dan Wonosobo seluas 907 hektar yang disebut telah berhasil panen komoditas hortikultura.
Kemudian, ia menyebut lagi food estate di Kalimantan Tengah yang berhasil melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan hingga mampu panen padi dengan produktifitas 5 ton/ha.
Begitu pula di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Kabupaten Keerom, Papua, yang kata Amran telah mampu panen jagung seluas 500 hektar.
“Food estate tersebut sudah berhasil panen. Food estate Gunung Mas juga sudah panen jagung seluas 10 hektar dan singkong seluas 3 hektar. Kita pantau terus lahan tersebut,” ujarnya.
Sebelumnya, Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar dan Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD kompak menyebut program food estate gagal.
Program tersebut merupakan program pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai upaya untuk menekan krisis pangan.
Program dengan nama lain lumbung pangan ini juga disebut berdampak, Mahfud MD bahkan menyebut proyek lumbung pangan justru membuat lingkungan rusak.
Mahfud menyatakan Indonesia mengalami kerugian dengan alam sudah terlanjur rusak, namun proyeknya gagal.
“Jangan misalnya seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan. Yang benar saja. Rugi dong kita," kata Mahfud MD.
Sementara itu, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan, food estate telah mengabaikan nasib petani dan masyarakat adat yang ada di Indonesia.
"Di sisi lain, kita sangat prihatin upaya pengadaan pangan nasioal melaui food estate terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat kita," ujar Ketua Umum DPP PKB itu.
Leading sector untuk program tersebut ada di Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Cak Imin juga menyebut program food estate justru merusak ekosistem lingkungan.
"Menghasilkan konflik argaria dan merusak lingkungan kita dan ini harus dihentikan," tandas Cak Imin.