Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jelang Pencoblosan 14 Februari, Rakyat Dinilai Akan Memilih Pemimpin Beretika

Direktur Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi menekankan bahwa Indonesia punya sejarah hebat dalam demokrasi. 

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Jelang Pencoblosan 14 Februari, Rakyat Dinilai Akan Memilih Pemimpin Beretika
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda
Direktur Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi bersama Dewan Kehormatan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Boyolali Seno Kusumoarjo,  tokoh rohaniwan Romo Benny Susetyo, Ketua Umum Pimpinan Pusat Special Olympics Indonesia (SOIna) Warsito Ellwein dalam dialog bertajuk 'Seruan Pemilu Jurdil dan Dialog Kebangsaan' di Rumah Bersama Relawan Ganjar-Mahfud, Minggu (28/1/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi menekankan bahwa Indonesia punya sejarah hebat dalam demokrasi. 

Hal ini nampak pada pelaksanaan Pemilu tahun 1955, di mana semua warga negara punya hak yang sama untuk memilih. 

Sementara, negara adidaya Amerika Serikat yang lebih panjang usia demokrasinya masih membatasi kelompok kulit hitam untuk memilih.

Untuk itulah, demokrasi menjadi sesuatu yang penting untuk dipertahankan. 

Bagi umat Islam Indonesa, kata Gus Islah, apa yang dicontohkan oleh Nabi Mohammad SAW dengan tidak menunjuk penggantinya merupakan pedoman penting. 

Kendati ada anggota keluarganya yang layak menggantikkannya, Nabi tidak menempatkan diri sebagai politisi yang mementingak kekuasaan belaka.  

Berita Rekomendasi

“Saat ini martabat bangsa dikalahkan untuk mempertahankan kekuasaan sebuah keluarga,” kata Gus Islah dalam dialog bertajuk 'Seruan Pemilu Jurdil dan Dialog Kebangsaan' di Rumah Bersama Relawan Ganjar-Mahfud, Minggu (28/1/2024).

Hadir dalam kesempatan itu para wakil partai-partai koalisi pengusung Pasangan Ganjar-Mahfud, calon legislatif dan relawan dari 80 organ di Jawa Tengah.

Lalu, Politikus senior sekaligus Dewan Kehormatan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Boyolali Seno Kusumoarjo dan tokoh rohaniwan Romo Benny Susetyo.

Selain itu, pemimpin baru Indonesia hasil pemilihan umum 14 Februari mendatang akan mengadapi banyak tantangan.  

Di mana, rakyat kini sudah jauh lebih mengerti demokrasi, mereka kelak akan mempersoalkan meritokrasi, nilai atau hasil reformasi 1998 pun akan dipertahankan.

Bila sosok itu punya cacat akan sulit untuk membawa bangsa ini untuk maju karena akan menghadapi banyak tuntutan tak hanya etika saja. Problem yang ada adalah mencari pemimpin yang mengerti etika dan menegakkan kedaulatan rakyat.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Special Olympics Indonesia (SOIna) Warsito Ellwein mengingatkan bahwa apa yang dikejar oleh kubu Ganjar-Mahfud adalah pemilih rasional yakni mereka yang mengerti  sosok seperti apa yang seharusnya  dipilih memimpin Indonesia ke depan.  

“Pemilih rasional mengerti bahwa pemimpin yang mesti dipilih adalah sosok yang tak hanya sekedar pintar dan punya komitmen namun punya pengalaman bekerja,” ujarnya.

Baca juga: Presiden Makan Bakso Bareng Prabowo, Ganjar: Semakin Yakin Kemana Arah Dukungan Pak Jokowi

Menurut Warsito, Indonesia yang besar karena populasinya lebih dari 200 juta dengan berbagai ragam perbedaan.

Apalagi, tak semua orang pinter dan punya komitmen mampu untuk memimpin bangsa yang sedang menghadapi tantangan dan peluang untuk maju sebagai kekuatan utama dunia itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas