TKN Balas Sindiran Cak Imin Terhadap Gibran: Kalau Muhaimin Berlindung di Balik Kardus Duren
TKN Prabowo-Gibran membalas sindiran cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin kepada cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran membalas sindiran cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin kepada cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka.
Dalam kritiknya, Cak Imin menyindir pemuda yang berlindung di balik ketiak opa-opa.
Kritikan tersebut pun ramai dikaitkan dengan Gibran Rakabuming Raka yang menjadi rivalnya di Pilpres 2024.
Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid menyampaikan Gibran yang berlindung di balik ketiak opa-opa harusnya tidak dipersoalkan.
Dia pun membalas Cak Imin yang berlindung di balik kardus duren.
"Ya daripada Gus Muhaimin berlindung di balik apa namanya kardus duren," ucap Nusron di media center Prabowo-Gibran, Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Baca juga: Janji 3 Capres: Ganjar Bicara Akses Difabel, Prabowo Revisi Program Makan Siang Gratis, Anies?
Namun begitu, Nusron tidak merinci mengenai maksud pernyataanya tersebut.
Dia pun meminta masyarakat menerjemahkan sendiri maksud Cak Imin berlindung di balik kardus duren.
"Ya kan berlindung yang namanya anak muda ya berlindung sama yang tua, kalau Muhaimin ya berlindung sama kardus durennya gitu. Udah gitu aja terjemahin aja sendiri," tukasnya.
Sebelumnya, Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1 Muhaimin Iskandar menyindir seseorang yang disebutnya "opa-opa" karena dianggap sibuk membela seorang pemuda.
Baca juga: Presiden Jokowi Makan Siang Bareng Prabowo, Gibran: Kapan Itu?
Hal itu diungkapkannya dalam acara deklarasi relawan Kawula Muda Nusantara (Rekan) AMIN di Jakarta, Minggu (28/1/2024).
Awalnya, Cak Imin berbicara soal sistem anggaran sentralisasi yang saat ini berlaku di Indonesia.
"Hari ini serba sentralistik, tanya bupati walikota, tanya gubernur. Semuanya sentralistik. Anggaran 80 persen pusat, 20 persen daerah," katanya seperti dikutip Kompas.com.