Anomali Perolehan Suara PSI, Akademisi UI Desak KPU Buka Data Sirekap
KPU harus bersikap terbuka, transparan, dan akuntabel dalam proses penghitungan suara sehingga tidak menimbulkan tanda tanya di masyarakat.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Indonesia (UI) Reni Suwarso mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia membuka data Sirekap untuk membuktikan bahwa tidak terjadi anomali perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI), pada Pemilu 2024.
Reni mengatakan KPU harus bersikap terbuka, transparan, dan akuntabel dalam proses penghitungan suara sehingga tidak menimbulkan tanda tanya di masyarakat.
“KPU seharusnya transparan dan akuntabel dalam proses penghitungan suara Pemilu 2024,” kata Reni di Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Reni menyatakan, lonjakan suara PSI telah direkayasa sedemikian rupa untuk memuluskan langkah putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep menjadi kandidat Gubernur DKI Jakarta.
Kaesang yang baru 6 bulan menjabat Ketua Umum PSI secara terang-terangan menggunakan pengaruh ayahnya untuk mendulang suara PSI melalui cara-cara tidak wajar.
“Kalau Ketua Umum PSI bukan anak presiden, apakah suara PSI bisa melonjak tiba-tiba? Nggak mungkin, perhitungan suara PSI tidak dihitung oleh KPPS,” jelas Reni.
Menurut Reni, Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) tidak berani berbuat apa-apa terhadap PSI, karena takut kepada putra bungsu Jokowi.
“Jadi, aneh kalau tiba-tiba perolehan suara PSI melonjak. Dari mana sumber suaranya? Berani atau tidak KPU menyebutkan lonjakan suara itu dari TPS mana saja? Buka akses Sirekap PSI,” tegas Reni.
Disebutkan PSI berupaya melalui berbagai cara agar dapat menembus parliamentary threshold (ambang batas parlemen) sebesar 4 persen untuk mengirim kadernya ke DPR RI dan menajamkan pengaruhnya di DPRD DKI Jakarta.
“Pertanyaannya, apakah ini permainan Kaesang, Sang Tokoh Muda Berpengaruh di Indonesia versi Fortune 2023 di sektor bisnis? Apakah untuk menang dia mau merogoh harta kekayaan, yang katanya lebih dari Rp 92,2 miliar? Atau sesungguhnya ini kelanjutan dari drama Jokowi yang berambisi menjadikan anak tertuanya jadi wakil presiden? Drama perhitungan suara pemilu presiden belum usai, tampaknya sudah disambung drama yang lain?” ungkap Reni.
Seperti diketahui, suara PSI terus merangkak naik menembus angka 3,13%, berdasarkan data yang masuk pada Senin (4/3/2024) pukul 18.00 WIB sebanyak 65.86% (542.215 dari 823.236 TPS). Perolehan suara PSI ini hanya menyisakan kurang dari 1% untuk tembus ambang batas parlemen 4% dan mendudukkan calegnya ke kursi DPR RI.
“Tidak heran bila tingkat kepercayaan publik terhadap KPU dan proses pemilu semakin menurun,” kata Reni.