Sekjen PDIP Tuding Hancurnya Suara PPP Gegara 'Operasi Politik': Kami Tak Ingin Partai Kakbah Hilang
PDIP juga meyakini ada operasi politik untuk mengurangi suara PPP agar tak lolos parlementary treshold atau parlemen Senayan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDI Perjuangan (PDIP) memberikan dukungan penuh kepada Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk bisa lolos ke parlemen.
PDIP juga meyakini ada operasi politik untuk mengurangi suara PPP agar tak lolos parlementary treshold atau parlemen Senayan.
"Kami sangat khawatir terhadap PPP," kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto dalam konferensi pers di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin (25/3/204).
Hasto menyampaikan dirinya bertemu dengan politisi PPP Achmad Baidowi pada Sabtu pagi yang lalu.
Hasto mengatakan komitmen PDIP yang sejak awal membantu PPP hingga saat ini.
"Sejak perhitungan suara yang pertama, kami mengajak PPP untuk bersama-sama di pusat data PDIP. Bahkan pada 2019, pemilu lalu, kami diperintahkan oleh Bu Mega yang memegang amanat Mbah Maimoen untuk membantu PPP, karena sejarahnya. PDIP tidak ingin sejarah partai Ka'bah ini dihilangkan dari sejarah republik ini," papar Hasto.
Hasto menegaskan persoalan yang dihadapi PPP ialah karena berbagai operasi-operasi politik.
Politisi asal Yogyakarta ini menyampaikan seluruh pendukung Ganjar-Mahfud, ada upaya untuk mengecilkan suara partainya, yakni PPP, Perindo, Hanura bahkan PDIP.
"Kami memberikan solidaritas tertinggi. Karena kami tidak ingin menghilangkan partai Ka'bah. Tetapi mungkin Pak Jokowi nanti akan tercatat sebagai seorang presiden yang memiliki legacy menghilangkan partai Ka'bah dalam sejarah republik ini. Padahal partai Ka'bah memiliki peran yang sangat penting jauh sebelum kemerdekaan ini," ucap Hasto.
"Ini operasi politik yang luar biasa, yang tidak diterima lagi oleh norma dan etika. Karena ketika ambisi kekuasaan mampu mengalahkan etika, moral, dan menghilangkan supremasi hukum yang ada adalah sisi-sisi gelap kekuasan. Dan ini adalah masa buram bagi arah masa depan Indonesia," jelasnya.
Hasto menilai hal ini harus dilawan karena apabila tidak, maka tidak ada gunanya lagi pendidikan budi pekerti.
Menurutnya, anak-anak juga harus memiliki pendidikan betapa pentingnya mengikuti proses.
"Semuanya akan bisa tergerak untuk meneladani hal-hal yang tidak baik yang justru dilakukan oleh ambisi kekuasaan dari seorang presiden, yang 23 tahun bersama dengan kami. Ini harus menjadi persoalan berharga bagi seluruh rakyat dan bangsa Indonesia," tegas Hasto.