Kakak Beradik Putus Sekolah, Terpaksa Jadi Pemulung untuk Bertahan Hidup di Jakarta
Faktor ekonomi yang membuatnya harus bekerja seperti ini di usianya yang masih remaja.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memulung barang bekas sudah menjadi rutinitas Slamet (16) dan Murtini (10).
Kakak beradik ini selalu berjalan kaki menyusuri wilayah Kembangan, Jakarta Barat demi mencari barang bekas untuk kemudian dijualnya ke pengepul.
Slamet bertugas menarik gerobak, sedangkan Murtini bertugas mengecek setiap tempat sampah di sepanjang jalan yang mereka telusuri.
Kalau ada barang bekas seperti botol minuman atau kardus dari tempat sampah, Murtini selalu meminta kakaknya untuk menghentikan laju gerobaknya.
Baca: Kisah Pemulung Asal Sragen Diberangkatkan Umroh Oleh Motivator Aqua Dwipayana
Slamet mengatakan sudah memulung sejak delapan tahun lalu.
Faktor ekonomi yang membuatnya harus bekerja seperti ini di usianya yang masih remaja.
Ia dan adiknya pun telah putus sekolah lantaran tak ada biaya.
"Saya cuma sekolah sampai kelas satu SD. Adik saya juga sama karena enggak ada uang," kata Slamet kepada TribunJakarta.com, Rabu (18/4/2018).
Slamet tinggal bersama orangtuanya yang juga seorang pemulung di kawasan Meruya, Kembangan, Jakarta Barat.
"Tinggal di Meruya dekat kampus Mercu Buana. Orangtua saya ikut sama bos (pengepul) bareng sama pemulung yang lain," ucapnya.
Slamet dan Murtini selalu berangkat dari rumahnya pagi hari dan baru pulang ketika matahari telah terbenam.
"Biasanya sampai ke Joglo sama Srengseng buat mulung," kata Slamet.
Dari hasil memulung, Slamet menyebut hasilnya tidaklah besar.
Yang terpenting ia bisa membantu keluarganya untuk membeli makan.
"Enggak nentu sih dapatnya. Kadang Rp 50 ribu sehari, yang penting bisa buat makan," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Putus Sekolah Karena Tak Ada Biaya, Kakak Beradik Ini Jadi Pemulung
Penulis: Ega Alfreda