Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Risma Petugas PPSU Penyandang Disabilitas, Semangat Kerjanya Tinggi: Saya tidak Mau Nganggur

Metode berkomunikasi dengan Risma lewat tulisan sudah berjalan lebih dari 3 tahun belakangan.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kisah Risma Petugas PPSU Penyandang Disabilitas, Semangat Kerjanya Tinggi: Saya tidak Mau Nganggur
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Rismawati, petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Ancol. 

"Saya itu kan tadinya di awal ngerti anak saya itu kena tunarungu setelah sering jatuh terus jeledak itu. Saya belum paham kalo anak saya kena gendang telinganya," kata Chaterina.

"Nggak sengaja saya nemu itu di jalan, ciri-cirinya anak itu nggak dengar itu kalo ada petir tidak respons," sambungnya.

Bertahun-tahun kemudian, Chaterina masih terus memastikan kondisi kesehatan sang anak.

Sampai ketika Risma memasuki usia sekolah, Chaterina membawanya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk menjalani tes BERA (Brain Evoked Response Auditory).

Tes BERA ialah pemeriksaan pendengaran yang dilakukan pada anak-anak balita.

Dari situ memang dinyatakan Risma memiliki masalah pada pendengarannya, sehingga pihak RSCM merekomendasikan sejumlah sekolah luar biasa (SLB) yang bisa dipertimbangkan Chaterina untuk sang buah hati.

Risma ialah seorang tunarungu dengan kondisi telinga kanan yang sudah tak bisa mendengar.

Baca juga: Momen Wagub DKI Hadiri Syukuran Anggota PPSU Cipinang Muara yang Raih Cumlaude S-1

Berita Rekomendasi

Sementara kondisi tunawicaranya yakni Risma berbicara dan menangkap perkataan lawan bicara dengan memerhatikan gerak bibir.

Dengan kondisi itu, Risma pun mulai didaftarkan ke SLB Negeri 04 Jakarta Utara.

Di balik keterbatasannya, Risma ialah seorang anak yang pintar.

Ia bisa baca tulis dengan cepat dan juga lekas mengerti pelajaran yang diberikan guru-guru di SLB itu.

Selama belajar di SLB, Chaterina mengakui tingkat kepercayaan diri Risma berangsur-angsur meningkat.

Guru-guru dengan keterampilan tertentu di sana bisa menangani mereka yang berkebutuhan khusus seperti Risma lewat metode-metode pembelajaran luar biasa, utamanya bertujuan meningkatkan rasa percaya diri anak-anak disabilitas.

Tak hanya berkat guru-guru, Chaterina juga berperan penting membuat Risma makin percaya diri di tengah keterbatasannya.

Chaterina menganggap penting untuk meningkatkan rasa percaya diri sang buah hati lantaran pengalaman-pengalaman buruk di masa lampau.

Sejak kecil, Risma sering menjadi bahan lelucon teman-teman sebayanya.

Chaterina kerap kali mendapati sang buah hati pulang dengan mata sembab setelah Risma menangis sakit hati diejek teman-temannya.

Atas kejadian-kejadian buruk itu, Chaterina akhirnya bersikeras memasukan sang buah hati ke SLB.

"Dari situ saya kuatkan diri saya sendiri dan saya kasih kekuatan sama anak saya, saya kasih bayangan: kamu itu dari mata, tangan, semua masih ada. Cuman tidak bisa mendengar dan berucap dengan benar. Dia anaknya bisa nerima," ucap Chaterina.

"Tadinya juga begitu, dia diolok-olok sama kawannya palingan pulang ke rumah nangis, pulang nangis. Cuman untuk ke sini-sininya sudah bisa menerima. Dia sudah paham keterbatasannya dia, jadi ya udah biasa. Mau nggak mau nerima, namanya memang Allah sudah kasih seperti ini, kita harus ikhlas," sambung sang ibu sembari mengusap air mata yang mulai menetes.

Di akhir-akhir masa sekolah, Chaterina mulai memikirkan masa depan sang buah hati.

Saat Risma duduk di bangku SLB setingkat SMA, Chaterina yang masih rutin mengantar sang buah hati sekolah sering berpapasan dengan pasukan oranye di jalanan.

Ketika itu lah Chaterina mulai menanyakan ke Risma apakah sang buah hati ada minat menjadi petugas PPSU.

Gayung bersambut, Risma ternyata tertarik akan pekerjaan itu.

Alhasil, setelah tamat sekolah akhir 2018 silam, Risma mulai mendaftarkan diri menjadi petugas PPSU Kelurahan Ancol.

Lurah Ancol Rusmin berkata, Pemprov DKI Jakarta membuka luas kesempatan bekerja kepada warga tanpa pandang bulu.

"Baik itu disabilitas maupun warga biasa kita tampung sesuai dengan potensi yang sama-sama mereka miliki," ucap Rusmin.

Rusmin kala itu melihat bahwa Risma memiliki potensi besar meskipun kondisinya berkebutuhan khusus.

Meski harus ditemani sang ibunda saat pendaftaran, Risma dinyatakan lolos dalam setiap tesnya.

"Mbak Risma meskipun disabilitas, tetapi kita jaring melalui tes-tes dengan tahapan tes tertulis, tes praktik di lapangan, dan tes wawancara, kami menganggap bahwa dengan keterbatasan Mbak Risma ini tidak kalah dibandingkan peserta yang lainnya," ucap Rusmin.

"Mbak Risma nilainya sama kompetitif dan sama bagus sehingga kami tampung, dan terbukti beliau menunjukkan kinerja yang luar biasa, yang sangat membanggakan, dan patut dicontoh," sambung Lurah.

Mau Jadi Mandiri

Risma melontarkan senyum yang samar-samar terlihat dari balik masker saat beberapa awak media menghampirinya di sela-sela jam istirahat.

Ingin bertanya pada Risma, maka salah satu awak media mengetik sesuatu di ponsel pintarnya.

"Risma kenapa mau bekerja?," tanya wartawan lewat ketikan kepada Risma.

Baca juga: Anies Baswedan Minta Penabrak Petugas PPSU untuk Tanggung Jawab dan Serahkan Diri: Jangan Pengecut!

"Saya tidak mau nganggur, jadi pengen kerja. Mau mandiri dan mau sedikit bantu keluarga," balas Risma.

"Cita-cita Risma sebenarnya apa?," tanya wartawan lagi.

"Mau jadi guru...," jawab Risma dalam ketikannya.

Cita-cita Risma yang berkeinginan menjadi guru, sedikit banyak, secara langsung atau tidak langsung, telah tercapai.

Ia telah memberikan pelajaran sekaligus inspirasi bagi banyak orang bahwa keterbatasan fisik bukan lah alasan untuk berhenti berjuang.

Wanita muda kelahiran 9 Mei 1998 ini terus berupaya menjadikan dirinya berguna bagi sesama, terutama untuk kedua orangtuanya.

Keinginannya untuk membantu orangtua sudah terjawab.

Selama bekerja menjadi petugas PPSU, Risma sudah banyak membantu perekonomian keluarga.

Risma bisa membuktikan kemandiriannya, di mana uang hasil bekerja selalu ia berikan kepada sang ibunda.

"Kalau dibilang membantu menangani perekonomian keluarga ya otomatis. Di samping dia nggak pernah nuntut apapun, gajian pun dia nggak pernah pegang, selalu dikasih ke saya," ucap Chaterina.

"Paling kalo dia butuh sesuatu apa, dia minta pengen ini Bu, terus paling kalo uang jajannya abis minta," sambung sang ibu.

Risma sendiri kini tinggal di rumah sederhana di Kampung Japat, Jalan Lodan, RT 04 RW 01 Kelurahan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.

Di sana, Risma tinggal bersama ibundanya, sang ayah Khaeri, serta dua saudara laki-laki. Mereka semua menyayangi Risma.

Di rumah itu pula, keluarga berharap Risma terus berkarya baik bagi sesama, khususnya lewat pekerjaannya di Kantor Kelurahan Ancol.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas