Bukan Mati Kelaparan, Polisi Sebut Belatung di Mayat Satu Keluarga di Kalideres Jadi Petunjuk
Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi mengungkapkan pihaknya menemukan sejumlah kemajuan penyelidikan kasus tersebut.
Editor: Wahyu Aji
"Iya, dalam arti bukan kelaparan terus mati, tapi ini masih kami dalami lebih lanjut lagi," kata eks Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan tersebut.
Menurut Zulpan berdasarkan bukti-bukti yang ada sejauh ini bahwa kelaparan bukanlah faktor utama dalam kematian satu keluarga itu.
Kendati demikian, ia mengatakan Polda Metro Jaya tidak akan terburu-buru menyimpulkan, karena perlu kehati-hatian mengungkap kasus ini.
Baca juga: Gunungan Sampah Mencurigakan di Rumah Keluarga Kalideres yang Ditemukan Tewas, Tak Ada Limbah Medis
"Jadi, belum bisa disampaikan dulu ya. Tapi ya kemungkinannya memang ya tidak mengarah mati karena kelaparan begitu ya," tutur dia.
Di sisi lain, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi mengatakan bahwa kasus itu sudah ada titik terang.
"Tim gabungan Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Barat memperoleh titik terang dalam penyelidikan berdasarkan metode penyelidikan induktif maupun deduktif," katanya.
Namun, ia masih belum mau membeberkan seperti apa titik terangnya lantaran pihaknya masih terus meminta pertolongan para ahli.
Hal tersebut dilakukan guna mengungkap penyebab kematian satu keluarga itu.
"Polda Metro Jaya saat ini melaksanakan kolaborasi interprofesi scientific crime investigation melibatkan berbagai disiplin keahlian," tutur Hengki.
"Seperti forensik dan medikolegal, pathologi anatomi, psikiatri dan psikologi forensik, toksikologi forensik dan ahli DNA. Selain kedokteran forensik, Polri juga melibatkan para ahli dari Universitas Indonesia," lanjutnya.
Warga Mengira Mereka Pindah Rumah
Tetangga korban bersebelahan langsung dengan rumahnya, Tio (58) mengira keluarga itu sudah pindah rumah,.
"Tadinya ada mobil dan motor. Belakangan dia jalan kaki, motor juga nggak ada. Dari mobil Brio, terus Scoopy tuh motor," jelas Tio, Sabtu (12/11/2022).
Menurut Tio, ketiadaan kendaraan itu tadinya dianggap tetangganya itu sudah pindah, dan hanya menyisakan sang anak, Dian.
Bukan tanpa alasan Tio berpikir demikian, sebelumnya saat perayaan Imlek, ia pernah menanyakan kepada Dian, keberadaan mamahnya.
Namun, ia hanya menyampaikan kalimat berulang, yakni 'pindah'.
"Biasanya kami bersungkem kalau Imlek, kami nanya ke anaknya yang namanya Dian. Saya tanya, 'mama kemana?' dia jawab 'pindah, pindah,'" jelas Tio.
Meski begitu, Tio kerap melihat sesekali sang bapak datang untuk mengontrol rumahnya.
Saat itu, Tio mengira jika keluarga tersebut pindah ke rumah baru yang tidak jauh lokasinya.
"Ya itu sejak yang saya tanya (ke bapaknya) dari Februari ke Maret, pastinya saya tidak ingat. Mobilnya sudah tidak ada," ujar Tio.
"Saya ingat, eh mobil udah enggak ada, pindah nih. Saya pikir pindahnya dekat-dekat. Soalnya si bapak suka datang ke sini, saya pikir kontrol rumah kali yah gitu," lanjutnya.
Diketahui, kata Tio, dari keempat orang tersebut, hanya sang ayahlah yang bisa mengendarai mobil.
Baca juga: Polisi Klaim Gunakan Alat Canggih untuk Selidiki Kasus Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres
Sementara, sang paman yang tinggal bersamanya, menurut dugaan Tio, sudah tak bekerja lagi semenjak Covid-19.
Pasalnya, dahulu sang paman kerap pergi pagi pulang sore, namun sekarang tidak lagi.
Sementara sang ibu dan anak, kata Tio, diketahui tidak bekerja.
"Nah bertiga tuh kalau ke pasar atau ke supermarket ketemu. Saya pikir apa pindahnya deket ya, kok enggak pernah ketemu di pasar, saya pikir gitu,"
Ia juga mengaku kaget dengan penemuan empat mayat dalam satu rumah tersebut.
"Waktu dengar ada empat korban, saya kaget. Soalnya saya udah lama enggak dengar, biasanya kan kalau dia ngobrol, saya lagi kerja-kerja di sini akan kedengaran, ini tuh enggak ada suara loh," ucap Tio.
Artikel ini sudah pernah tayang di Tribunjakarta dengan judul Misteri Satu Keluarga Tewas di Kalideres Temui Titik Terang, Kombes Hengki: Ada Kemajuan Soal Motif