Kualitas Udara Jakarta Tidak Baik-Baik Saja, Kepala DLH DKI Jakarta Ungkap Sumbernya
Rata-rata konsentrasi bulanan partikulat meter (PM) 2,5 tertinggi terjadi di bulan Juli selama 2023 ini.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto akui kondisi udara di Jakarta saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Kami akui memang kondisi udara di Jakarta memang sedang tidak baik-baik saja," ungkapnya pada konferensi pers virtual di FMB9ID_IKP, Selasa
Rata-rata konsentrasi bulanan partikulat meter (PM) 2,5 tertinggi terjadi di bulan Juli selama 2023 ini.
"Kami mengukur baru sampai bulan juli trakhir kemarin 48,72 mikrogram. Dan terendah Februari karena baru selesai musim hujan 16,98 mikrogram," katanya lagi.
Lebih lanjut, Asep mengungkapkan jika pihaknya sudah melakukan kajian terkait sumber dari polusi udara sesuai dengan parameternya.
"Bahwa dari parameter yang berkontribusi dalam menurunnya kualitas udara Jakarta ada 7 parameter," kata Asep lagi.
Di antaranya SO2 (sulfur dioksida) yang bersumber utama dari industri yaitu 61,96 persen.
"Kemudian kalau yang nitrogen dioksida (NO2) , Karbon monoksida (CO), PM 10, PM 2,5 kemudian black carbon mayoritas dari transportasi," lanjutnya.
Asep mengungkapkan jika untuk PM 2,5 saja mencapai 67,04 persen dan itu disumberkan dari transportasi.
"Sehingga memang sektor transportasi provinsi DKI Jakarta memang menjadi penyumbang terbesar kondisi polusi udara di Jakarta saat ini," kata Asep menambahkan.
Lebih lanjut, Asep mengungkapkan jika pemerintah provinsi DKI Jakarta telah memiliki beberapa regulasi.
"Salah satunya Intruksi Gubernur No. 66 tahun 2019, tentang pengendalian kualitas udara, di dalamnya terdapat 7 aksi yang dilakukan pemerintah provinsi," tutupnya.