Jokowi Capres Selamatkan PDIP dari Pemberitaan Korupsi
Menurut Hanta, PDI Perjuangan tidak bersih-bersih amat dalam pemberitaan masalah hukum.
Penulis: Y Gustaman
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUN, JAKARTA - Berdasar pemberitaan media, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, termasuk sedikit partai yang mampu menggeser masalah hukum karena kadernya, Emir Moeis terjerat kasus korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi.
Direktur Eksekutif Pol-Tracking Insitute, Hanta Yudha, menjelaskan posisi PDI Perjuangan sedikit banyak diselamatkan oleh citra tokoh kadernya Gubernur Jakarta Joko Widodo digadang-gadang sebagai calon presiden dibanding berita lainnya sepanjang 2013.
"PDI Perjuangan mampu menekan pemberitaan Emir Moeis. Entah karena humas partai yang bekerja atau apa," ujar Hanta dalam diskusi dan paparan hasil riset pemantauan media "Potret Geliat Pemberitaan Partai Politik Sepanjang 2013 - Menangkap Korelasi Berita & Elektabilitas," di Hotel Morrisey, Jakarta, Selasa (14/1/2014).
Menurut Hanta, PDI Perjuangan tidak bersih-bersih amat dalam pemberitaan masalah hukum. Buktinya, pemberitaan media soal masalah hukum yang mendera kasus hukum di tubuh partai berlambang banteng gemuk ini mencapai 7,3 persen.
Namun, pemberitaan masalah hukum dapat ditutupi dengan pemberitaan Jokowi sebagai capres oleh sejumlah survei diunggulkan dibanding kandidat lainnya. Puncak pemberitaan Jokowi sebagai capres terjadi pada September (18,44 persen) dan Desember 2013 (12,88 persen).
"September merupakan frekuensi tertinggi pemberitaan PDI Perjuangan di 2013 terkait pencapresan kadernya yaitu Jokowi dan kader lainnya. Tertinggi kedua pemberitaan partai ini terjadi pada Desember dengan tema sama yaitu pencapresan Jokowi," tambahnya.
Media lebih tertarik memberitakan soal kebijakan politik PDI Perjuangan dengan 26,7 persen dari total pemberitaan, dan pencalonan presiden mencapai 20,5 persen. Sebagai partai oposisi, kebijakan politik PDI Perjuangan banyak mengritisi kebijakan pemerintah.
Survei Pol-Tracking dilakukan dengan metode purposive sampling dari pemberitaan politik di 15 media, 5 cetak (Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika, dan Seputar Indonesia), 5 media online (Detik.com, Kompas.com, Merdeka.com, Okezone.com, dan Viva.co.id), serta 5 televisi (TransTV, SCTV, RCTI, Metro TV, dan Tv One).
Sementara jumlah sampel sebanyak 1200 responden, dilakukan pada 16–23 Desember 2013. Hanta Yuda mengatakan, juga dilakukan metode Multiusage Random Sampling, margin error kurang lebih 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.
Adapun jumlah sampel sebanyak 2010 responden dilakukan pada 13 September-11 Oktober 2013, dengan margin error kurang lebih 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.