SBY Tidak Pernah Intervensi Bail Out Bank Century
"Upaya mengait-ngaitkan SBY dengan bail out Bank Century adalah fitnah belaka," ujar Palmer Situmorang dalam siaran pers tertulis, Kamis (8/5/2014).
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Rendy Sadikin
SBY menambahkan, pada saat keputusan bailout Bank Century diambil, dirinya sedang berada di Kota Lima, Peru untuk mengikuti pertemuan APEC.
"Saya melakukan pengecekan kepada Mensesneg Hatta Rajasa, Seskab Sudi Silalahi, Sespri Widiwan Prabowo dan para ADC Presiden, apakah mereka menerima telpon dari pejabat-pejabat yang dimaksud di Tanah Air. Semuanya mengatakan tidak. Berarti klop sudah," tulis SBY.
Masih terkait Bank Century, pada halaman 132 133, SBY menjelaskan, penyelamatan Bank Century terjadi pada akhir November 2008, yakni jauh sebelum pemilihan umum, apalagi pemilihan presidenPresiden.
Pihaknya baru memikirkan pendamping setelah Partai Demokrat dipastikan dapat mengusung presiden sendiri. Proses pemilihan Boediono itu terjadi melalui survei dan jajak pendapat publik yang dilakukan Saiful Mudjani. Hasil survei dan jajak pendapat yang disimpulkan pada awal Mei 2009 menunjukkan nama Boediono yang tertinggi.
"Hasil resmi survei calon wakil presiden itu hingga kini masih saya simpan dengan rapi. Kalau semua pihak mengetahui sejarah dan proses saya memilih Pak Boediono sebagai calon wakil presiden dulu, yang difitnahkan kepada saya dan Pak Boediono itu sungguh keterlaluan," katanya.
Selain terkait fitnah gratifikasi jabatan, SBY juga dicurigai menerima sejumlah aliran dana dari Bank Century. Pada hal 166 - 168, SBY menceriterakan bahwa Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Prof Dr Said Aqil Siradj pernah menanyakan langsung isu tersebut kepada SBY.
"Isu itu sangat jahat. Uang seperti itu haram. Sebagai kepala negara saya harus memberi contoh untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Bahkan ketika isu itu merebak, saya tantang, silahkan cek ke BPK, KPK, PPATK, dan bahkan ke Bank Century itu sendiri, apakah ada satu rupiah pun yang mengalir ke kantong saya. Jawabannya nihil kan?" kata SBY kepada Prof Said Aqil kala itu.(Eko Sutriyanto)