Tri Sutrisno: Waspadai Gerakan Komunis Gaya Baru
Mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno mengingatkan adanya ancaman Komunis Gaya Baru (KGB) yang sudah mulai menguasai Indonesia
"Saya tidak setuju jika presiden meminta maaf kepada PKI. Indonesia adalah Pancasila," katanya.
Pemberontakan pertama terjadi di Madiun, Jawa Timur pada 1948, banyak tokoh agama, pejabat, dan rakyat yang menjadi korban, namun pemberantasannya tidak tuntas.
Sehingga muncul kembali melalui Gerakan 30 September (G30S) PKI. "Kemunculannya diawali setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dan mengikuti Pemilu 1955," katanya.
Karena itu, dia meminta oknum-oknum saat ini yang masih "memikul" ideologi komunis, untuk meninggalkannya, please, tinggalkanlah.
Janganlah putar balik fakta, katanya menyinggung adanya berbagai oknum yang mendesak agar Tap MPRS yang melarang PKI untuk dicabut.
Sementara itu, Ketua Persatuan Purnawirawan dan Warakuri TNI & Polri (Pepabri) Agum Gumelar menyatakan rekonsiliasi itu bagus karena Indonesia cinta persatuan dan perdamaian.
Namun, dia meminta kepada generasi muda untuk mengantisipasi ancaman gerakan baru komunis yang mulai muncul.
"Tapi jangan diartikan rekonsiliasi itu menghapuskan catatan sejarah. MPR menjadi penjaga gawang dari kekuatan yang ingin menghapus tap MPRS. Jangan sampai ini dihapuskan karena akan mengancam kedaulatan RI dan pancasila," katanya.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan juga mengakui adanya kebangkitan KGB di Indonesia. Namun, dia tidak menyebutkan secara jelas ciri-ciri dan model KGB yang dimaksudkan.
“Iya, komunis di Indonesia masih ada, tapi dengan gaya baru. Tapi kita kan sedang kokoh jadi sulit digoyahkan. Kita kembalikan semuanya ke pancasila,” jelasnya.