Jejak Jaringan Teroris Internasional dari Suku Uighur di Indonesia
Bangsa Uighur adalah keturunan klan Turki yang hidup di Asia Tengah, terutama di provinsi Cina.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
Rudi menyebut tugas dari etnis Uighur pada kelompok Santoso diketahui dari empat yang sudah ditangkap dari sejumlah daftar pencarian orang operasi Tinombala.
Kekuatan fisik etnis Uighur pada kelompok Santoso, diibaratkan Rudi pada kekuatan mereka mengangkat karung beras bekal makanan.
"Kalau orang kita angkat satu karung berdua, mereka (Uighur) angkat satu karung beras sendiri," kata Rudi.
Dalam bergerilya menghindari kejaran aparat gabungan operasi Tinombala, WNA itu lebih lincah dalam pergerakannya.
Dari pengakuan anak buah Santoso yang tertangkap, tutur Rudi, ada enam orang Uighur pada kelompok MIT.
Namun, lima di antaranya sudah tewas selama rangkaian operasi perburuan Santoso berlangsung dan satu tertangkap.
"Sekarang masih sisa satu," katanya.
Meski ada yang tertangkap, Rudi mengakui pihaknya sulit memeriksanya, perbedaan bahasa menjadi sebab.
"Masih terkendala di bahasa, dia tidak bisa berbahasa Inggris. Kami belum tahu, pura-pura tidak bisa atau memang tidak bisa," kata Rudi.
Kini Kapolri Jenderal Tito Karnavian pastikan jejak suku Uighur di Poso sudah habis.
Hal itu ketika Polisi berhasil menembak mati satu orang suku Uighur di Poso yang diduga kuat jaringan Santoso.
Satu orang suku Uighur yang tertembak tersebut diklaim polisi merupakan orang terakhir yang berada di Indonesia.
"Itu (orang Uighur yang tertembak) yang terakhir. Itu yang terakhir," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Tito menjamin bahwa sudah tidak ada lagi suku Uighur yang berideologi garis keras di Indonesia.