Undang Pedagang Kaki Lima, Filosofi Istana Dekat dengan Rakyat
Kepala Sekretariat Presiden Darmansjah Djumala menceritakan apa makna makan siang nasi goreng, sate dan makanan kaki lima
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Sekretariat Presiden Darmansjah Djumala menceritakan apa makna makan siang nasi goreng, sate dan makanan kaki lima lainnya saat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Bogor, kemarin.
Menurut Darmansjah Djumala, Presiden Joko Widodo memilih ide itu karena melihat makanan kaki lima adalah bentuk ekonomi kerakyatan yang juga sesuai dengan filosofi yang ditanamkan Presiden soal istana dekat dengan rakyat.
“Beliau lihatnya ini kan ekonomi rakyat dan sesuai filosofi yang ditanamkan beliau, istana itu dekat dengan rakyat, jadi menteri-menteri pun diajak makan yang bersifat kerakyatan, seperti sate, baso dan ini refleksi nilai kerakyatan dari diri Jokowi sendiri, jadi enggak heran ya,” ujar Darmansjah Djumala saat dihubungi wartawan, Kamis (5/1/2017).
“Jadi konsepnya itu kerakyatan, kesederhanaan tapi ya kontekstual kalau ada acara kenegaraan ya internasional, kalau sesama kita kabinet ya makanan rakyat,” ucap Darmansjah Djumala.
Selain soal tersebut, Darmansjah Djumala mengatakan beberapa dari penjual yang diundang Presiden ke Istana Bogor kemarin diantaranya adalah langganan presiden dan keluarga presiden.
“Beliau kalau tinggal di sini, sering beli, untuk keluarga, beliau bilang makannya kita yang angkringan saja, ada nasi goreng enak, mie enak,” kata Darmansjah Djumala.