Dengar Suara Gludug dan Rasakan Keanehan Air Laut Siang Hari Sebelum Tsunami, Novi Bergegas Pulang
Saat asyik menikmati keindahan alam dan udara segara pantau, beberapa keluarga merasakan keanehan. Apakah itu?
Penulis: Anita K Wardhani
Rasa syukur kembali diucapkannya. Mengingat saat pikinik ia membawa anak bungsunya, Nabilah yang masih berusia 2 bulan.
"Alhamdulillah ya Allah, aku cepat pulang. Bawa bayi 2 bulan, jadi gak nginap," kata Novi menutup perbincangannya.
Baca: Peneliti Sebut Tsunami Pandeglang Unik, Terjadi Tanpa Gempa dan Baru Pertama Kali di Indonesia
Penyebabnya Ditelusuri
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Puwo Nugroho mengatakans aat ini pihak-pihak terkait baik BPBD dan BMKG masih mencari tahu penyebab tsunami tersebut.
"Kami masih cari penyebabnya, dugaan sementara adalah karena longsor bawah laut akibat aktivitas anak Gunung Krakatau dan juga gelombang tinggi karena purnama. Sementara karena kedua gejala alam itu terjadi bersama. Namun kami akan terus kaji, apa benar seperti itu," ucap Sutopo Purwo Nugroho.
Saat jumpa pers di kantor BPBD DIY, Minggu (23/12/2018), data yang ia terima hingga pukul 13.00 korban meninggal dunia ada 168 orang.
Dilaporkan 745 orang mengalami luka-luka dan 30 orang hilang.
Dari data tersebut menurut Sutopo Purwo Nugroho belum ada informasi orang asing yang turut menjadi korban tsunami.
Akibat tsunami yang menerjang sekitar pukul 21.00 tersebut sebanyak 558 unit rumah rusak, sembilan hotel rusak berat, 60 warung kuliner, dan 350 perahu rusak.
"Jumlah masih akan terus bertambah, ini masih data sementara. Mulai dari TNI, Polri, PMI, Tagana, BPBD masih terus melakukan pencarian korban. Jalan-jalan juga masih ada yang tertutup material yang terbawa tsunami," kata Sutopo Purwo Nugroho