Pengamat Sebut Konten Obor Rakyat Lebih Berbahaya ketimbang Tabloid Indonesia Barokah
Menurut Karyono, dua tabloid yang menghebohkan publik dan menimbulkan pro dan kontra ini memiliki persamaan dan perbedaan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
"Obor Rakyat lebih provokatif baik dari segi teks narasinya maupun gambar dibanding Indonesia Barokah. Narasi propaganda tabloid ini lebih soft," tegasnya.
Kemudian, dari aspek tujuan penulisan pesan, Obor Rakyat lebih kental dengan narasi yang mengobarkan dan mengajak untuk mempertentangkan SARA.
Sedangkan tabloid Indonesia Barokah lebih memberikan counter opini tentang politik identitas yang menggunakan SARA.
"Konten Obor Rakyat menggiring isu bernuansa SARA dan ujaran kebencian,"tegas Karyono.
Seperti diketahui, pada Edisi I bertanggal 5 - 11 Mei 2014 terdiri 16 halaman, tabloid Obor Rakyat menampilkan judul "Capres Boneka" dengan karikatur Jokowi sedang mencium tangan Megawati Soekarno Putri.
Judul lain yang ditampilkan di halaman depan ini adalah "184 Caleg Non Muslim PDIP untuk Kursi DPR" dan "Ibu-ibu, Belum Jadi Presiden Udah Bohongin Rakyat,".
Edisi II Obor Rakyat beredar awal Juni 2014 dengan judul besar di halaman depan "Seribu Topeng Jokowi.
Selain Tabloid Obor Rakyat, pasangan Jokowi - JK juga diserang dengan tabloid "Sang Pendusta" yang memajang karikatur Pinokio.
Baca: Moeldoko Dorong Pengungkapan Aktor Intelektual di Balik Tabloid Indonesia Barokah
Tak heran, dari pertimbangan dan penilaian Dewan Pers terkait kasus Obor Rakyat (Juni 2014) menegaskan Obor Rakyat berada di luar ranah jurnalisme. Penerbitan Obor Rakyat dipandang tidak sesuai dengan Undang-Undang Pers No.40 Tahun 1999 tentang Pers.
Kata Karyono, substansi perbedaan Obor Rakyat dengan Indonesia Barokah adalah terletak pada konten dan tujuannya.
Berita ini telah tayang sebelumnya di Kontan.co.id dengan judul : Pengamat: Tabloid Obor Rakyat lebih berbahaya ketimbang Indonesia Barokah