Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wawancara Hidayat Nur Wahid: Rakyat Harus Ikut Mengawal Pemilu

Serangan politik terus dilakukan ke dua pasangan Calon baik itu kubu petahana Jokowi-Ma'ruf maupuan kubu penantang Prabowo-Sandi.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Wawancara Hidayat Nur Wahid: Rakyat Harus Ikut Mengawal Pemilu
MPR RI
Wakil Ketua MPR RI, Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid MA 

Secara prinsip saya setuju seluruh pelanggaran hukum harus ditindak tapi kalau melakukan penindakan ya lakukan tindakan itu dengan adil. Kalau ini ditindak bagaimana dengan mereka yang sudah berkali kali menyebarkan berita bohong tentang pak Prabowo.

Seperti hoaks kalau Prabowo menang maka akan menjamur radikalisme, intoleran, khilafah ada, itu lebih ngeri lagi. kalau hanya LGBT dan azan itu kan parsial tapi kalau khilafah, inti itu, radikal inti itu, intoleran inti itu, dan tidak ada yang ditangkap satu pun, adilkah? Jadi publik ini disuguhi tontonan semacam ini. ada seorang memakaikan atribut sinterclas pada pak Maruf Amin saya juga menolak pada prilaku semacam ini dan orang itu dicari ditangkap, itu (pelaku) di Aceh, ditangkap polisi dalam waktu singkat.

Tapi sebelumnya Habib Rizieq, Ustaz Arifin Ilham, KH Abdul Rosyid Dipakein sinterclas oleh Ade Armando sudah dilaporkan ke polisi ada tindakan? apakah ini keadilan hukum.

Inilah yang menjadi bagian yang harus dikoreksi. Karena begini kalau benar siapapun yang melanggar ditindak, tapi kalau anda menindak satu kejahatan sejenis maka yang melakukan kejahatan sejenis lain harus ditindak, jangan terulang lagi terulang lagi. Kesimpulannya kalau terulang ulang maka ada penegakan hukum yang tidak adil.

Apakah ada yang mengkondisikan aparat Tidak netral?

saya tidak mengatakan ada yang mengarahkan. Saya tidak mengatakan ada yang melakukan pengkondisian. kondisi ini terjadi dan tadi saya bilang perlu penelitian lain yang lebih jauh lagi, perlu bukti yang lebih kuat lagi. Tapi tanpa itu pun ini jelas masalah, jangan karena tidak ada yang mengarahkan lalu kami biarkan.

Apakah tidak firm nya kondisi penyelenggara dan aparat sudah terlalu masif?

Berita Rekomendasi

Ya itu dia untuk sampai pada kesimpulan itu saya perlu penelitian lebih lanjut. saya tidak biasa melakukan judgment dengan cara-cara yang tidak dibenarkan.Kalau anda intens di Media sosial betapa masyarakat merasakan itu kok.

Harapan bapak terhadap dua Paslon ini terutama setelah debat?

Masalah kadang terjadi bukan dari pasangan tapi persepsi pemberitaan yang tersampaikan pada publik. ya mungkin kalau live orang bisa melihat langsung. dari situ kita berharap keduanya tampil negarawan.

‎Kedua Paslon belum menampilkan sosok negarawan?

Negarawan kalau menyampaikan data ya yang akurat. Data data nya masalah dan itu dinilai sebagai menyerang pribadi, dan ketika dinilai sebagai menyerang pribadi dan itu ternyata malah membuka kotak pandora.

Contohnya Soal Konsesi Lahan Prabowo yang disinggung Jokowi?

Beliau (Jokowi) menyampaikan 'kalau ada yang mengembalikan konsesi lahannya kepada negara saya tunggu sekarang juga', disitu ada abuse of position.

Kalau ngomong posisinya sebagai capres atau apa? Memang Capres bisa menunggu. 'Kalau ada yang mau memgembalikan lahan saya tunggu sekarang juga'.

Kemudian orang bertanya ini yang lagi pidato Capres atau Presiden. Kalau presiden masa ngomongnya sebagai posisi Capres. Kalau Capres apakah bisa menunggu pengembalian konsesi tanah.

Seharusnya ke dua Paslon seperti apa?

Kalau anda negarawan anda akan menyampaikan visi misi yang betul betul membuat publik Indonesia memiliki harapan Indonesia ke depan,karena calon pemimpinnya teruji visi misinya dan diketahui mereka punya keunggulan.

Tensi Pilpres sudah mulai tinggi, apa penyebabnya?

Tentang panas di tingkat akar rumput variannya banyak. bukan hanya antar Capres-Cawapres tapi pendukungnya menggunakan tindakan tindakan yang tidak dibenarkan oleh hukum dan kemudian Polisi dan Bawaslu yang tadinya beliau harusnya menjadi wasit yang harus netral kemudian perilakunya sulit untuk dinilai netral.

Bagaimana terkait penyelenggaraan Pemilu kali ini,apakah tahapannya sudah dilaksanakan dengan baik oleh KPU?

Sosialisasi dari KPU belum sangat memadai rakyat masih sangat bingung. Di Jakarta saja banyak warga bingung dengan pencoblosan besok.

Padahal di Jakarta hanya 4 kartu (surat suara), sementara daerah 5 kartu. Ditambah lagi daerah jauh dari pusat informasi . Tapi KPU belum melakukan sosialisas yang masif kepada masyarakat yang harus mencoblos secara berbarengan.

Pemilu Legislatif sekarang ini gaungnya kalah oleh Pilpres, apa penyebabnya?

Ini pertama Pileg dan Pilpres berbarengan dan karena baru pertama kali publik ingin mendapat informasi yang seluas luasnya.

Kemudian Pileg sifatnya lokal maka gaungnya sangat lokal. Beda dengan Pilpres yang gaungnya nasional karena sifatnya nasional dapilnya Nasional.

Selain itu kekuasaan eksekutif jauh lebih luas dari kekuasaan legislatif yang hanya per masing-masih wilayah.

Konteks politik pemilu kan kekuasaan, sementara kekuasaan itu ya eksekutif dengan persentase kekuasaannya yang tinggi. Contonya yang awal membikin anggaran belanja mereka (eksekuif) kemudian yang eksekusi mereka juga, yang punya pasukan sampai tingkat lurah mereka, oleh karenanya Pilpres lebih seksi ketimbang Pileg.

Terakhir peran media. Karena media hanya meramaikan Pilpres, ya jadi Pilpres ramai. Kalau media memberitakan berimbang ya engga masalah misalnya 60-40 persen lah. Kalau sekarang 85-15 persen. Ini peran media untuk mengembalikan bandul demokrasi ke jalan sebenarnya. Kan demokrasi bukan hanya eksekutif tapi legislatif. Kalau eksekutif sangat kuat dan legislatif sangat lemah kan tidak baik.

Harapannya dari peran Media Massa sekarang?

Media diharapkan menjadi bagian dari mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa. Tidak membuat panas kondisi di lapangan termasuk mengutip yang tida akurat. Menghadirkan fitnah atau hoaks.

Karena tadi konflik di tingkat lapangan bukan hanya karena elit atau politikus. Menurut saya semua pihak mempunyai kewajiban menghadirkan pemilu yang Jurdil.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas