Prof Taruna Ikrar Luncurkan Buku Terbaru 'Gagasan Indonesia Modern Berbasis Neuroleadership'
Buku berjudul "Gagasan Indonesia Modern Berbasis Neuroleadership" ini diluncurkan di Amerika Serikat kemarin.
Editor: Hasanudin Aco
Daya pikat lain dari artikel-artikel dalam buku ini, adalah logika epistemik penulis yang entrepreneurial. Bagaimanapun juga, seluruh artikel ini adalah sebuah penjabaran logika, disiplin ilmiah, dan cara pikir dalam melihat sesuatu. Dengan kata lain kumpulan artikel ini adalah paparan bagaimana Penulis sedang berepistemologi.
Dalam berepistemologi itu, terasa sekali bahwa Prof. Dr. Taruna Ikrar menggunakan mindset entrepreneurial dan dialektika neurosains, khususnya dalam memandang masalah.
Bagi seorang entrepreneur, menemukan masalah, dengan definisi dan batasan yang jelas, adalah langkah awal untuk menemukan solusi; karena bisnis yang terbaik adalah bisnis solusi. Karena itu bagi seorang entrepreneur, masalah adalah aset. Semakin besar masalah yang ditemukan, semakin besar aset yang dia miliki.
Penulis dalam pemaparannya, dalam buku ini, membagi tulisannya dalam lima kelompok besar, dan setiap kelompok besar terdapat dua sampai lima kelompok kecil, dan dalam kelompok kecil terdapat dua sampai tujuh artikel.
Kelima kelompok besar itu adalah (1) soal neuroscience dan SDM, (2) kesehatan dan kebijakan kesehatan, (3) politik nasional dan internasional, (4) kebijakan publik, dan (5) Islam.
Selanjutnya dalam buku ini, Prof. Dr. Taruna Ikrar, memberikan solusi kebangsaan dengan cara berpikir neuroleadership berupa:
1. Growth Mindset dan 2. Memimpin Transformasi.
Keduanya bermanifestasi sebagai berikut :
1. Growth Mindset: Fakta ilmiah ini memberi harapan baru di hampir seluruh lini hidup manusia, termasuk dalam dunia kepemimpinan.
Jika satu individu bisa belajar dan berkembang tanpa batas, demikian halnya sebuah komunitas, organisasi, atau bahkan sebuah bangsa.
Maka tak berlebihan bila dalam buku ini menginspirasi pembaca untuk “optimistis”, di sinilah terletak argumen ilmiahnya yang paling mendasar. Jika satu individu bisa berubah dan berkembang menjadi lebih baik, tak pelak lagi, sebuah komunitas, organisasi, atau bangsa juga bisa berubah ke arah yang lebih baik.
Persoalannya adalah, apakah komunitas atau organisasi menyadari kemungkinan itu, dan apakah mereka tahu kemana perkembangan akan diarahkan. Bagi dunia leadership, persis pada yang terakhir ini terletak tantangan sekaligus peluang.
Di satu sisi seorang leader (mestinya) menyadari potensi perubahan dan perkembangannya, tetapi di sisi lain dia harus mampu menyadarkan seluruh pihak dalam komunitas atau organisasinya, baik tentang potensi maupun arah perkembangannya.
Dari sinilah kemudian muncul imperatif besar: ayo berkembang, ayo bertumbuh, ayo berjalan menuju sasaran. Banyak leaders yang kemudian semacam mantra baru, yakni bahwa untuk bisa mengakselerasi perubahan dan perkembangan, semua pihak perlu memiliki pola pikir bertumbuh.