Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rizal Ramli: Masalah Pendidikan Tidak Bisa Selesai Hanya dengan Bagi-bagi Kartu

Menurut Rizal program bantuan tersebut tidak akan bisa menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Rizal Ramli: Masalah Pendidikan Tidak Bisa Selesai Hanya dengan Bagi-bagi Kartu
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Siswa menunjukkan Kartu Indonesia Pintar dalam acara penyerahan Kartu Indonesia Pintar (KIP) di SLB Negeri Pembina, Jakarta, Rabu (6/3/2019). Dalam kesempatan itu, Presiden membagikan 3.300 KIP kepada siswa penerima. TRIBUNNEWS/IRWANNRISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Kordinator Bidang Maritim Rizal Ramli mengkritik program Kartu Indonesia Pintar (KIP) kuliah yang diusung Jokowi dalam Pemilu Presiden 2019.

Menurut Rizal program bantuan tersebut tidak akan bisa menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia.

"Penyelesaian masalah pendidikan tidak bisa hanya dengan bagi-bagi kartu," kata Rizal di Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Baca: Sindir Kubu Jokowi-Maruf Soal Kartu, Fadli Zon Sebut Nanti Ada Kartu Indonesia Bodoh : Cara Kuno !

Penyelesaian masalah pendidikan di Indonesia menurutnya hanya bisa dilakukan dengan pembenahan kurikulum pendidikan menengah ke bawah selain dengan perbaikan kualitas tenaga pendidik.

"Penghapusan Ujian Nasional (UN), stategi kompetisi nasional dan regional (dengan alokasi minimal Rp 20 triliun), perbaikan kualitas guru, dan UU Land Grant serta bebas pajak universitas," katanya.

Ia mengatakan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini terbilang mengkhawatirkan. Berdasarkan PISA index, yang mengukur kemampuan literasi, matematika, dan sains anak-anak usia di bawah 15 tahun, Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 72 negara.

Selain itu berdasarkan QS World University Rankings, dari 500 besar Dunia hanya 3 perguruan tinggi Indonesia yang masuk, yaitu UI (277), ITB (331), dan UGM (402).

Berita Rekomendasi

"Kualitas pendidikan tinggi masih rendah karena feodalisme dan birokratisasi. Pemilihan rektor harus dikembalikan ke Senat Guru Besar lagi agar tidak terjadi campur tangan politik dan permainan uang," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas