Zat Radioaktif Cs 137 di Batan Indah Tangsel Memicu Kanker, Efek Radiasi Paling Cepat Kulit Terbakar
Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir, Hapsari Indrawati menyampaikan dampak terburuk dari zat radioaktif jenis Cesium (Cs) 137 dapat memicu kanker.
Penulis: Nidaul 'Urwatul Wutsqa
Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWS.COM - Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir RS MRCC Siloam, Hapsari Indrawati menyampaikan dampak terburuk dari zat radioaktif jenis Cesium (Cs) 137 dapat memicu kanker.
Hapsari Indrawati yang bekerja pada bidang radiasi mengatakan dampak terburuk akan terjadi jika masyarakat terpapar zat radioaktif dalam waktu yang lama.
"Satu concern jika terpapar radiasi dalam waktu lama dan tidak memakai pelindung, paling banyak kasus dilaporkan itu adalah kanker," ungkap Hapsari Indrawati, dikutip dari YouTube KompasTV.
Disebutkan Hapsari, hal itu seperti kejadian Hirosima-Nagasaki dibom nuklir oleh Amerika Serikat pada tahun 1945.
Adapun dampak akibat ledakan bom tersebut masyarakat Jepang yang masih tersisa hidup menderita kanker tiroid.
Hapsari mengatakan kanker tiroid terjadi karena efek dari pada zat Yodium.
Namun, ia menyebut kejadian di Perumahan Batan Indah Tangerang Selatan tidak membahayakan seperti halnya radiasi dari bom nuklir Hirosima-Nagasaki.
"Tapi sepertinya kalau Cesium ini nggak begitu, beda," ujar Hapsari.
Kendati demikian, ia memaparkan dampak paling cepat jika Cs 137 terjadi kontak dengan kulit akan menyebabkan terbakar.
"Kalau sampai nanti ada berita misalnya masyarakat di sekitar situ main bola atau apa, kok tiba-tiba kulitnya melepuh kebakar, itu kemungkinan efek yang paling cepat terjadi," ungkap Hapsari.
Sebelumnya, Hapsari menyampaikan tidak bisa serta-merta mengatakan langsung efek radiasi zat radioaktif terhadap masyarakat.
Menurutnya, harus dilakukan pengamatan dan mempelajari dahulu sifat partikel dari sumber radiasinya.
"Ada yang sifatnya alpha, beta, gamma. Itu tergantung dari jumlah lamanya, daya tembusnya sendiri terhadap lingkungan sekitar, dan at tersebut sensitif terhadap bagian organ tubuh apa saja," ujarnya.
Selanjutnya, akan dapat diketahui secara pasti efek radiasi dari zat radioaktif jenis Cs 137 itu.
Oleh karenanya, ia menyampaikan, masyarakat tidak perlu takut akan penemuan zat radioaktif ini kalau pihak keamanan Bapetan sudah memasang garis atau pita batas.
Sebelumnya, Kepala Biro Humas Bapeten Indra Gunawan mengatakan paparan radiasi dari zat radioaktif masih rendah, sehingga tidak berpengaruh besar bagi masyarakat yang hanya sekadar melewatinya.
Hal ini dibenarkan oleh Hapsari.
"Betul, karena radiasi itu tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau. Kalau jumlahnya besar tapi jaraknya jauh, kita nggak kena, itu nggak papa."
"Sebaliknya kalau jumlahnya kecil, jenis daya tembusnya juga kecil, tapi kita lewat di depannya terus-terusan. Kita deketan sama dia (zat radioaktif) sebagai sumber , itu juga bahaya," terangnya.
Hapsari menambahkan apabila sumber utama dari zat radioaktif tersebut sudah diambil maka wilayah tersebut sebenarnya sudah aman.
"Jadi asal jangan dilewati itu biasanya aman," katanya.
Petugas Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapetan) Melakukan Pembersihan Area Terpapar Zat Radioaktif Cs 137
Indra Gunawan mengatakan penemuan zat berbahaya radioaktif Cs 137 merupakan kasus yang pertama kali berhasil diungkap Bapeten di tengah area perumahan.
Penemuan limbah radioaktif bermula dari uji fungsi Bapeten pada Kamis-Jumat, (30-31/2020) lalu di sejumlah wilayah terget pemantauan.
Adapun terget uji fungsi meliputi wilayah Pamulang, Perumahan Dinas Puspitek, kawasan Muncul, Kampus ITI, Stasiun KA Serpong, dan wilayah terpapar radiasi yakni Perumahan Batan Indah.
Saat dilakukan pemantauan di lingkungan Perumahan Batan Indah, Bapeten menemukan paparan radiasi di area tanah kosong tepatnya di samping lapangan voli Blok J.
Dilansir Kompas.com, pada Minggu (16/2/2020), terdapat sebanyak 28 personel membersihkan area zat radioaktif tersebut.
Mereka dibagi menjadi 4 kelompok untuk ditugaskan mengeruk tanah yang terkontaminasi Cs 137.
Alat yang digunakan meliputi mesin pengeruk dan tabung drum kuning yang digunakan untuk menampung tanah tersebut.
Dalam pelaksanaannya, para petugas memakai pelindung diri, baik mantel, sarung tangan, dan sepatu boots.
Kepala Biro Humas Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Heru Umbara mengatakan setelah dilakukan proses pembersihan, limbah radioaktif tersebut akan dibawa ke laboratorium Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Limbah radioaktif tersebut akan dilakukan pengolahan dan setelahnya petugas BATAN akan melakukan mapping area.
Adapun mapping area dilakukan guna memastikan tidak ada lagi zat radioaktif di sekitaran lokasi Perumahan Batan Indah itu.
Selain itu, Heru menyampaikan petugas BATAN juga akan mengidentifikasi tanah kosong yang merupakan lapangan voli.
Lebih lanjut, proses pengidentifikasian dilakukan untuk memastikan tidak ada paparan radiasi setelah dilakukannya pembersihan (pengerukan tanah terpapar radioaktif).
(TRIBUNNEWS.COM/NIDAUL 'URWATUL WUTSQA)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.