Ketua Paguyuban Jawa Tengah, Leles Sudarmanto: Bukan Ojo, tapi Ora Mudik Ora Popo
Sudarmanto menganggap imbauan tidak mudik pemerintah, selama ini terlalu normatif dan monoton.
Editor: Rachmat Hidayat
Bagaimana cerita Pak Sudarmanto bisa menggandeng Moeldoko dan Wiranto?
Pertama saya menggandeng Pak Wiranto kebetulan karena beliau adalah ketua pembina Paguyuban Jawa Tengah. Ide dasarnya saya sebetulnya mau mengajak Gubernur dan 35 Kabupaten menyanyi. Tapi akhirnya tidak bisa. Lalu mengajak Pak Moeldoko itu ketika saya meeting virtual dengan KSP.
Dalam meeting saya bilang, kontribusi masyarakat Jawa Tengah sudah banyak untuk penanganan Covid-19.
Membagikan APD, makanan, sembako dan lainnya. Selain itu saya juga bercerita, kontribusi saya pribadi menciptakan lagu Ora Mudik Ora Popo. Dan dalam forum itu saya tawarkan Pak Moeldoko untuk ikut menyanyi, dan dia jawab, "Siap."
Baca: Bicarakan Hal Negatif Tentang Pasangan ke Orang Lain? Ini Tanda-tanda Toxic Relationship
Dan ternyata, Pak Moeldoko itu antusias dan bahkan shooting yang dia berikan tidak tanggung-tanggung, ada latar belakang. Kalau yang lain biasa saja. Artinya bahwa memang Pak Moeldoko serius untuk membantu pemerintah, jadi dia all out.
Tujuan utama menggandeng tokoh-tokoh dalam pembuatan klip video Ora Mudik Ora Popo?
Tujuan menggandeng tokoh, karena saya masyarakat biasa, mungkin rakyat yang saya kelola, ada di organisasi saya mungkin bisa paham. Tapi dengan ditumpangi para pejabat tinggi dan pengambil keputusan, otomatis penguatan informasi lewat lagu itu memang benar.
Artinya menggandeng ini untuk kepentingan sasaran orang tidak mudik itu biar tercapai.
Perasaan Pak Sudarmanto pribadi setelah lagu Ora Mudik Ora Popo viral?
Perasaan saya tentu saya merasa punya kontribusi saja. Saya senang karena punya kontribusi yang dimaknai oleh masyarakat senang dan kelihatannya agak menurut diajak dengan cara-cara yang berkesenian. Khususnya saya menyanyikan ini seperti nyanyi lagu campursari.
Kalau boleh tahu, ada berapa banyak warga Jawa Tengah hidup di Jabodetabek?
Jadi warga di Jawa Tengah, yang ada di Jabodetabek, contoh saja, Wonogiri itu ada lebih dari 350 ribu warga yang merantau di Jakarta. Satu kabupaten, kalau satu kabupaten itu sebanyak 200 ribu ke Jakarta, ditotal dengan 35 kabupaten, berarti sekitar tujuh juta ada di DKI. Belum di Jabodetabek.
Dari jumlah itu berapa banyak yang sudah mudik?
Tentu ada, banyak. Karena sebelum PSBB itu sudah kecolongan contohnya sampai ke Wonogiri. Sekda Wonogiri bilang ke saya, sudah sampai 60 ribu pulang mudik, sudah ada di sana. Itu ketika pra PSBB. Itu sudah pulang, banyak.
Baca: Chord Gitar Mawar Hitam - Tipe X, Harummu Kepedihan Kau Arungi Waktu di Setiap Pelukan