Kasus Syekh Ali Jaber: Titip Salam untuk Presiden Jokowi, Duo Fahri Hamzah dan Fadli Zon Ungkap Ini
Kasus penikaman seorang ulama, Syekh Ali Jaber, menjadi sorotan publik, seperti duo Fahri Hamzah hingga Fadli Zon
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
"Zaman begini orang bebas saja menduga tapi tugas aparat hukum negara adalah membuka apa sebenarnya yang terjadi. Jangan ada sisi gelap lagi," lanjut dia.
Baca: Kehidupan Alfin, Tersangka Penikam Syekh Ali Jaber, Sering Pindah dan Jarang Membaur
Fahri kemudian membandingkan dengan kasus penikaman terhadap Wiranto pada tahun 2019 lalu.
Ia menjelaskan, kejadian tersebut bisa dengan mudah dibuat plot bahwa pelaku merupakan simpatisan kaum radikal atau yang lainnya.
Namun, berbeda dengan kasus penikaman terhadap Syekh Ali Jaber.
Oleh sebab itu, kata Fahri penting bagi semua, khususnya aparat penegak hukum untuk memeriksa motif dari pelaku.
"Penting bagi kita untuk memeriksa motif pelaku. Jika pejabat diserang dalam kasus pak Wiranto, mudah kita bikin plot bahwa pelaku ini “simpatisan kaum radikal, dll)."
"Tapi bagaimana dengan Syaikh Ali Jaber? Apakah motif pelaku? Bisakah kita mendengar wawancara terbuka?" sambung Fahri.
Fahri juga mengatakan, serangan fisik seperti peristiwa yang dialami Syekh Ali Jaber rawan dengan reaksi balasan.
Untuk itu, Fahri menegaskan, harus ada tindakan tegas dan penjelasan yang terbuka terhadap kasus semacam ini.
"Banyak ulama yang punya pengikut yang banyak. Termasuk Syekh Ali Jaber yang membina para hafiz qur’an dan pengajian di seluruh Indonesia."
"Serangan fisik kepada beliau adalah peritiwa yang rawan dengan reaksi balasan. Maka harus ada kejelasan dan pejelaaan luas," tegas Fahri.
Fadli Zon Kutuk Pelaku
Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon juga turut serta memberikan tanggapannya terhadap insiden penikaman yang dialami Syekh Ali jaber.
Pihaknya memberikan tanggapan melalui cuitan di akun twitter pribadinya.
Fadli Zon pun mengutuk keras soal aksi nekat tersebut, dan meminta kasus tersebut diselidiki hingga tuntas.
Densus 99, BNPT sampai BIN Turun Tangan
Selain memerintahkan Kepolisian untuk menyelidiki kasus penikaman pendakwah Syekh Ali Jaber di Bandar Lampung kemarin Minggu (13/9/2020), Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD juga memerintahkan BNPT, Densus 88, BIN, hingga BAIS TNI untuk menyelidiki kasus tersebut.
Ia meminta seluruh aparat menyelidiki latar belakang tersangka penusukan hingga kemungkinan jaringan yang ada di belakang tersangka tersebut.
Hal itu disampaikan Mahfud dalam video yang diunggah lewat akun Instagram resminya, @mohmahfudmd, pada Senin (14/9/2020).
"Sampai saat ini, kami, pihak aparat terus akan menyelidiki bagaimana latar belakang dan apa jaringan yang ada di belakangnya anak ini (tersangka)."
"Saya sudah menginstruksikan kepada seluruh aparat baik itu aparat keamanan, aparat intelejen."
"Bahkan saya sudah minta BNPT kemudian Densus (88) bahkan BAIS, BIN, Kabaintelkam. Saya minta seldiiki kasus ini dengan sebaik-baiknya, setransparan mungkin," kata Mahfud.
Terkait dengan adanya spekulasi di masyarakat yang mengatakan tersangka pelaku penusukan menderita sakit jiwa, Mahfud menegaskan dirinya belum percaya dengan hal itu sebelum proses penyelidikan selesai.
"Kita akan tahu dia sakit jiwa betulan atau tidak setelah diselediki. Kan ada tetangganya, ada jejak digitalnya. Kalau orang sakit jiwa jejak digitalnya kayak apa, keluarganya melihatnya kayak apa, tetangganya melihat kayak apa, teman-temannya melihatnya kayak apa. Baru kita dapat menyimpulkan dia sakit jiwa," kata Mahfud.
Selain itu ia juga memerintahkan seluruh aparat yang disebutkannya untuk melakukan pemetaan, pemantauan, dan memberikan perlindungan penuh kepada pendakwah khususnya para ulama.
Menurut Mahfud, apapun pandangan politik pendakwah tersebut, mereka harus diberikan perlindungan jika sedang berdakwah.
Mahfud mengatakan para pendakwah tersebut bagaimanapun telah berkontribusi membangun kebudayaan yang baik bagi masyarakat.
"Oleh sebab itu kepada semua aparat yang saya sebutkan tadi supaya dari sekarang terus melakukan pemetaan, pemantauan, dan perlindungan penuh kepada dai, terutama para ulama," tegas Mahfud.
Mahfud mengatakan pemerintah sangat peihatin atas peristiwa tersebut terlebih karena Syekh Ali Jaber dikenal karena dakwahnya yang bisa diterima semua kalangan dan tak pernah menyentuh soal politik.
Di mata Mahfud, Syekh Ali Jabber adalah orang yang khusus datang dari Timur Tengah dengan biaya sendiri dan bukan biaya pemerintah untuk berdakwah dengan baik di Indonesia.
Mahfud juga sempat mengenang pertemuan langsungnya dengan Syekh Ali Jaber pada 2011 lalu.
Ketika itu, kata Mahfud, ia bersama presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan semua Ketua lembaga negara sempat mendengarkan ceramah Syekh Ali Jaber di rumah ketua DPR saat itu yakni Marzuki Ali.
Selain itu Presiden Joko Widodo, kata Mahfud, juga sempat mengundang Syekh Ali Jaber buka puasa dan salat bersama.
"Jadi orang ini orang baik. Oleh sebab itu orang-orang sebaik ini, jangan sampai mengalami hal-hal seperti itu. Sehingga semua aparat saya instruskikan agar bekerja dengan sebaik-baiknya. Saya sendiri Insya Allah akan menengok beliau sore ini," tambah Mahfud.
Diberitakan sebelumnya, Syekh Ali Jaber menjadi korban penganiayaan oleh seorang pria berinisial AA (24).
Syekh Ali Jaber ditikam saat mengisi kajian di wisuda Tahfid Alquran di Masjid Falahudin, Jalan Tamin, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung, Minggu (13/9/2020).
Akibat kejadian itu, Syekh Ali Jaber mengalami luka tusukan di bahu sebelah kanan.
Pelaku penikaman, AA pun telah berhasil diamankan oleh aparat kepolisian.
Syekh Ali Jaber mengatakan, saat peristiwa itu terjadi, ia sedang berada di atas panggung dan tengah berbincang dengan dua jemaah.
Tiba-tiba seorang pemuda berlari ke atas panggung dan langsung menusukkan sebilah pisau.
Baca: Ustaz Yusuf Mansur Minta Motif Pelaku Penikaman Syekh Ali Jaber Didalami: Apalagi Jika Ada Terencana
Baca: 5 FAKTA Penikaman Syekh Ali Jaber: Pelaku Disebut Alami Gangguan Jiwa hingga Respons sang Ulama
"Pisaunya masih tertancap di bahu, saya cabut sendiri patahannya," kata Syekh Ali Jaber, dikutip dari Kompas.com.
Syekh Ali Jaber mengatakan, pelaku sempat berusaha menusuk untuk kedua kali dengan mengambil pisau yang tertancap di bahunya.
Namun, jemaah langsung menghadang dan berupaya menangkap pelaku.
Bahu Syekh Ali Jaber terluka akibat tikaman dan harus mendapat enam jahitan dalam, dan empat jahitan luar.
"Tapi saya tahan. Alhamdulillah masih dijaga oleh Allah," terangnya.
(Tribunnews.com/Chrysnha, Gita Irawan, Nanda Lusiana, Garudea/Kompas.com/Tri Purna Jaya)