Empat Profesor Bicara Pluralisme (Bagian Pertama): Islam dalam Konteks Memerdekakan Indonesia
Memahami sejarah lahirnya Republik Indonesia yang pernah berjuang melawan penjajah sangat penting. Ini ada kaitannya dengan peran umat Islam.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prof Dr Komarudin Hidayat menyebut, secara politis, praksis, Islam di Indonesia sudah menerapkan paham pendekatan yang sangat moderat dan inklusif. Indonesia mayoritas warganya adalah umat Islam.
Kalau saja jumlah pahlawan perjuangan diurutkan, paling panjang daftarnya yang berasal dari golongan umat Islam.
Kendati demikian, sejak awal negara didirikan, seluruh anak bangsa sepakat Indonesia berbentuk republik dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan kata lain, republik ini dibentuk atas dasar kesepakatan untuk membangun Indonesia yang plural, majemuk, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Prof Dr Komarudin Hidayat menjelaskan, kalau dalam kurun waktu 20 tahun terakhir terjadi kasus-kasus radikalisme dan sebagainya perlu dibedakan.
Radikalisme melalui sikap perang ekstrem memang punya akar sejarah. Bangsa Indonesia punya collective memory, yaitu radikal dalam melawan penjajahan.
Bahkan Islam sendiri dari awalnya sudah sangat radikal.
Menjungkirbalikkan dan mengubah cara pikir orang-orang Arab yang saat semula sangat chauvinistic menjadi inklusif.
Baca juga: Tak Hanya Akan Jadi Pusat Ibadah Umat Budha, Borobudur Juga Simbol Pluralisme dan Kebajikan di Dunia
Baca juga: Danlanud Silas Papare: Pluralisme adalah Anugerah Tuhan
Pengembangan Islam di tanah Arab ditempuh dengan cara yang sangat radikal.
Radikal di sini berarti radikal sebagai pilar peradaban, bukan yang eksklusif, apalagi destruktif, melainkan konstruktif.
"Revolusioner sekali karena radikalisme Islam yang dibawa Nabi Muhammad itu sangat sejalan dengan akal sehat, menumbuhkan hati nurani, dan bersikap kosmopolitan. Bukan radikalisme yang ekslusif, bukan yang destruktif, tapi yang konstruktif. Itulah sebabnya mengapa Islam berkembang sampai hari ini," ucap Prof Komarudin dalam diskusi online, Rabu (10/2/2021) lalu.
Banyak kemudian yang setelah mendalami ajaran Islam, ajaran Nabi Muhammad, bisa membedakan mana radikalisme yang destruktif dan mana yang radikal sebagai pilar peradaban.
Dalam konteks ini Prof Komarudin melihat Islam itu radikal bagi satu pilar peradaban.
"Dalam konteks Indonesia, ini juga radikal sekali. Kalau saja waktu itu umat Islam ekslusif, yang berdiri adalah kerajaan Islam atau Islam state, sebagaimana Pakistan atau yang lain," jelas Prof Komarudin.
Memahami sejarah lahirnya Republik Indonesia yang pernah berjuang melawan penjajah sangat penting. Ini ada kaitannya dengan peran umat Islam.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.