Kabareskrim Agus Andrianto: Tangani Bom di Polrestabes Medan dan Sibolga Sampai Perkelahian Polisi
Kabareskrim baru Komjen Agus Andrianto punya segudang pengalaman, mulai dari kasus penistaan agama hingga bom di Polrestabes Medan dan Sibolga.
Penulis: Theresia Felisiani
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengunjungi warga setempat yang tempat tinggalnya mengalami kerusakan akibat kejadian ledakan bom terduga teroris.
Kasus Polisi Tembak Istri Lalu Bunuh Diri di Sergai
Kasus penembakan yang menewaskan pasangan suami istri di Sergai juga ditangani oleh Kabareskrim Komjen Agus Andrianto saat jadi Kapolda Sumut.
Kepolisian terus mencari permasalahan yang memicu sang suami yang merupakan anggota narkoba Polres Sergai tersebut mengakhiri hidupnya setelah terlebih dahulu menembak istrinya.
"Sebelum peristiwa terjadi, menurut anaknya sudah tiga hari enggak cakapan antara korban dan pelaku yang merupakan pasangan suami istri," kata Agus Andrianto saat dihubungi melalui aplikasi WhatsApp, Minggu (6/10/2019).
Kapolda mengatakan peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi setiap personel wilayah Polda Sumut.
"Mengingat tekanan pekerjaan dan masalah setiap orang berbeda-beda. Anggota juga manusia. Jangankan pistol, kalau sudah niat, semua bisa jadi alat," katanya.
Kapolda menyatakan senjata api harusnya digunakan untuk membela diri dan melindungi masyarakat.
"Kalau lagi emosi segera titipkan ke logistik. Kalau marah sama istri, pukul saja pakai bulu ayam atau angsa,"ujarnya.
Baca juga: Profil Komjen Pol Agus Andrianto, Kabareskrim Baru Pilihan Kapolri Listyo Sigit
Polantas Polres Tebingtinggi Bertengkar dengan Sopir Ambulans di Jalan
Ketika jadi Kapolda Sumatera Utara Agus Andrianto juga turun tangan menangani insiden perkelahian anak buahnya dengan sopir ambulans.
Agus akhirnya angkat bicara terkait insiden perkelahian antara oklum Polantas Polres Tebingtinggi dengan sopir ambulans, pada Sabtu (2/11/2019) lalu.
Ia sangat menyayangkan terjadinya insiden ini dan meminta maaf.
"Saya secara pribadi mohon maaf kepada masyarakat, yang kemarin ada selisih paham dengan anggota saya," kata Irjen Pol Agus Andrianto, Senin (4/11/2019).
Agus menuturkan bahwa insiden itu seharusnya tidak akan terjadi, jika saja petugas di lapangan bisa menahan emosi.
Karena dalam keadaan darurat di jalan raya, kendaraan seperti ambulans harus mendapat prioritas oleh petugas.
"Kami semua selalu mengarahkan anggota di lapangan untuk melakukan yang baik kepada masyarakat," ujarnya.
Menurut Kapolda, arahan-arahan untuk melakukan yang terbaik kepada masyarakat, sudah dilakukan.
Tetapi di lapangan, katanya, faktor psikologis petugas sulit dikontrol.
"Mudah-mudahan ke depan tidak terulang. Apa yang menjadi prioritas harus dilayani, semacam mobil ambulans, pemadam kebakaran dan lainnya," tutur Agus.
Pengalaman Kabareskrim Komjen Agus Andrianto Diakui
Ketua Umum Masyarakat Peduli Lingkungan M. Yusuf Hanafi Sinaga menilai rekam jejak Agus Andrianto layak disoroti.
Yusuf mengatakan pengalaman Agus dalam penanganan di bidang reserse, narkoba, terorisme, radikalisme, hingga menumpas perbedaan pandangan politik yang di bungkus agama untuk memecah belah kerukunan umat beragama harus dilihat sebagai poin lebih.
Apalagi lulusan Akademi Kepolisian tahun 1989 itu telah terbukti mampu menghadapi perbedaan pandangan politik di masyarakat saat menjabat sebagai Kapolda Sumatera Utara.
"Saya melihat banyak kesuksesan saat Komjen Agus andrianto memimpin Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Diantaranya saat menghadapi dua arah gerakan rakyat pada pemilu 2019 lalu, dimana segelintir orang memanfaatkan perbedaan pandangan politik untuk memecah belah kerukunan umat di Indonesia, khususnya di Sumut, dengan membungkus isu agama untuk membenturkan rakyat dengan rakyat dan dengan aparat," ujar Yusuf, dalam keterangannya, Jumat (1/1/2021).
Dia juga menyoroti sejumlah permasalahan yang ditangani jenderal bintang tiga itu. Antara lain seperti penanganan kasus bom di Sibolga; perang terhadap bandar narkoba dan memberantas narkoba; hingga kriminalitas lainnya yang berhasil ditangani oleh Polda Sumut seperti begal dan premanisme.
Belum lagi dalam hal penegakan hukum, Yusuf menilai Agus yang lahir di Blora, Jawa Tengah pada 16 Februari 1967 itu sangat tegas dan tidak pandang bulu dalam menindak pelanggar hukum dan orang yang mencoba merusak kerukunan umat beragama di Sumut. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunMedan.com)