Siap Diusung Gerindra jadi Capres 2024, Elektabilitas Prabowo Merosot Jauh Dibanding Pilpres 2019
Partai Gerindra siap mengusung Prabowo Subianto jadi Capres 2024, namun elektabilitasnya merosot jauh dibanding pilpres 2019.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
"Saat ini elektabilitas paling tinggi. (Tapi) jangan lupa ini sudah jauh merosot. Dukungan Prabowo sudah turun sekitar 20 persen dibanding suara 2019," ungkap Adjie.
Adjie juga mengungkapkan ada resistensi terhadap Prabowo dalam sejumlah isu setiap kali namanya dimunculkan dalam bursa capres.
Baca juga: Tiga Sosok Ini Disebut Penentu Capres 2024, Berikut Alasannya
Salah satunya adalah kasus politik 1998 yang selalu menyeret namanya.
"Kasus politik 1998 terus dimunculkan. Kita tidak tahu siapa yang munculkan, tapi selalu muncul dan dikaitkan dengan Prabowo," ujarnya.
Selain itu, segmen pemilih Prabowo juga diprediksi akan berubah di Pilpres 2024.
Hal ini dikarenakan banyak pendukung Prabowo yang merasa dikhianati begitu dia bergabung dalam jajaran kabinet pemerintah sebagai Menteri Pertahanan.
"Aura kekalahan beliau sudah tiga kali dan itu semuanya kalah, dan dalam percakapan publik 'Lu lagi, lu lagi' memang memunculkan satu pesimisme."
"Satu hal psikologis yang sulit dibantah Prabowo karena aura kekalahannya sebagai capres (dan) cawapres," jelasnya.
Sementara dari sisi dukungan, Adjie menilai Gerindra baru memiliki 3/4 tiket untuk bisa memenuhi syarat mengusung capres.
Saat ini, Gerindra memiliki 78 kursi di DPR. Setidaknya, Gerindra harus berkoalisi dengan satu parpol untuk bisa memenuhi syarat mengusung capres.
Baca juga: Prabowo Akui Siap Jadi Capres 2024, Habiburokhman: Kita Tunggu Pernyataan Resmi Beliau
"Gerindra hanya butuh koalisi satu partai. Kecuali PPP karena cuma (punya) 19 kursi," tuturnya.
Dengan elektabilitas individu dan jumlah kursi Gerindra di DPR, Prabowo dinilai akan kembali maju sebagai capres.
Sehingga tidak mungkin Prabowo bersedia maju sebagai cawapres.
"Sulit dibayangkan Prabowo bersedia jadi cawapres. Meski di politik semua bisa terjadi, namun kelas Prabowo seorang capres, bukan cawapres," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana/Vincentius Jyestha Candraditya)