Psikolog: Anak Indonesia Lebih Kenal Superhero Asing Ketimbang Pahlawan Nasional
Anak-anak seolah lebih lancar menceritakan kisah superhero ciptaan industri daripada sosok pahlawan nasional.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film Seven Samurai menjadi tonggak mulai diminatinya film bergenre laga.
Film garapan Sutradara Jepang, Akira Kurosawa, sangat memikat sineas dunia dan banyak mempengaruhi perfilman dunia, termasuk Hollywood.
Setelah itu, banyak film-film laga bermunculan dan menampilkan tokoh-tokoh “jagoan” mulai dari jagoan koboi yang diperankan John Wayne, tokoh James Bond hingga tokoh superheroes yang diangkat dari komik atau cerita fiksi seperti Iron Man, Kapten Amerika, Spiderman, Superman, Aquaman, dan lain-lain.
Kini film-film superheroes, juga dengan mudah diakses di platform seperti Netflix, Youtube, dan platform lainnya, oleh anak-anak atau generasi Z (Gen Z).
Diketahui, kepemilikan gadget oleh anak-anak telah menyentuh angka 86 persen dan jumlah waktu yang dihabiskan mereka untuk berselancar di internet mencapai minimal 4 jam sehari.
Kalau dulu harus ke bioskop untuk bisa menonton film superhero, sekarang, hanya tinggal menyentuh gadget film kesukaan sudah bisa ditonton.
Baca juga: Sambut Hari Pahlawan, PT KAI Bagikan 11.000 Tiket Kereta Api Jarak Jauh Gratis, Cek Syaratnya
Kemudahan ini menimbulkan fenomena baru, Gen Z ini terlihat lebih mudah mencerna budaya luar ketimbang tokoh-tokoh nasional atau budaya lokal khas Indonesia.
Anak-anak seolah lebih lancar menceritakan kisah superhero ciptaan industri daripada sosok pahlawan nasional.
Padahal sekitar 8 pahlawan nasional wajahnya masih tercetak di uang kertas yang berlaku atau nama ratusan pahlawan diabadaikan sebagai nama jalan.
Beberapa waktu lalu, beredar video viral social experiment di platform media sosial yang berisikan game tebak foto para pahlawan.
Baca juga: Stafsus BPIP: Pahlawan Yakni Mampu Mengaktualisasikan Nilai Pancasila
Anak-anak tersebut, ketika ditampilkan foto-foto para pahlawan, mereka tidak sanggup menjawab dengan benar.
Namun, sebaliknya mereka langsung menjawab dengan benar ketika melihat foto-foto para superheroes.
Psikolog Kasandra Putranto, menyoroti fenomena ini.