Langkah Kemendagri Internalisasi Core Values Ber-AKHLAK Secara Masif Mendapat Apresiasi
BerAKHLAK merupakan singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar pembangunan karakter Ary Ginanjar Agustian mengapresiasi upaya kongkret Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk melakukan implementasi Core Values BerAKHLAK yang di launching oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Diketahui, BerAKHLAK merupakan singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
"Mendagri telah menyampaikan serangkaian sistem dan upaya-upaya dan pencegahan penyimpangan di lingkungan Kemendagri, namun saya mengapresiasi ingatan dari Mendagri yaitu sebaik apapun sistem pencegahan sebaik apapun inovasi yang dilakukan namun pelaksananya adalah manusia biasa yang memerlukan benteng penguat moral dalam melaksanakannya," kata Ary dalam keterangannya, Jumat (25/2/2022).
Ary Ginanjar Agustian yang juga merupakan founder dari Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) Leadership Center mengapresiasi serangkaian upaya dan langkah kongkret Kemendagri melakukan internalisasi secara masif Core Values BerAKHLAK ini.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta jajaran Kemendagri untuk dapat mengikuti perkembangan zaman dalam bekerja melayani rakyat.
Hal itu disampaikan pada acara yang bertajuk 'Kemendagri BerAKHLAK: Transformasi Budaya Kerja di Era 4.0', yang digelar secara luring dan daring di Jakarta, pada Rabu (23/2/2022).
Baca juga: Kemendagri Rilis 273 Juta Penduduk Indonesia Ter-update Versi Dukcapil
"Mari kita jalankan sama-sama dengan baik dan saya sudah sampaikan banyak kepada teman-teman, Selain merubah sistem juga adalah merubah perilaku. Sistem sehebat apapun juga pasti ada celahnya," kata Tito.
"Sistem sebaik apapun juga tetap berlaku The Man Behind The Gun, di mana senjata sehebat apapun tetap tergantung siapa yang orang yang memakainya," tambahnya.
Menurut Tito, cara pertama mengubah sistem adalah dengan adanya teknologi yang saat ini formasinya menggunakan keterbukaan.
"Keterbukaan jangan menjadi musuh, tapi justru kita buat keterbukaan itu menjadi lebih dipercaya publik," jelasnya.
"Kita sudah dibuat sistem seperti misalnya SIPD (sistem informasi pemerintahan daerah) membuat keuangan daerah daerah lebih terbuka," ucap Tito.
Dari sudut pandang Mendagri, dari keterbukaan tersebut sudah banyak sekali terobosan yang dimanfaatkan.
"Saya akui dukcapil (kependudukan dan catatan sipil) paling banyak terobosannya. Dukcapil yang membuatnya lebih terbuka karena sudah satu database," sambungnya.
Tito pun memberi contoh dengan adanya Anjungan Dukcapil Mandiri, tidak ada sentuhan lagi antara warga masyarakat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.