Jadi Nama Jalan di DKI, Berikut Sepak Terjang Pak Tino Sidin Pejuang '45 dan Guru Cucu Soeharto
Salah satu nama Jalan Cikini VII di Keluharan Cikini, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat dirubah menjadi Jalan Tino Sidin.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
Kita dihubungi itu, acaranya tanggal 20, hari Senin. kita dihubungi hari Jumat untuk datang datang ke Jakarta, untuk pemberian nama itu, upacara pemberian nama di Jagakarsa.
Iya, tapi kita tahunya mendadak, maksudnya tau-tau diapresiasi, dikasih undangan.
Kira-kira menurut Ibu, apa pesan yang ingin disampaikan oleh Pemprov DKI terkait pemberian nama Bapak sebagai nama jalan? Mengenang Bapak Tino seperti apa?
Kalau kami, Pak Tino itu memang tokoh Betawi dan Jakarta. Itu dalam arti nasional ya, tapi dia di tahun 1978 sampai wafatnya tinggal 'wira-wiri' di Jakarta. Jadi Pak Tino mulai tahun 1978 'wara-wiri' rumah di Jogja dan Jakarta. Dan bahkan meninggalnya di Jakarta.
Terus, Pak Tino selain menggambar, mengisi acara gemar menggambar di TVRI, beliau kan juga waktu itu punya sanggar-sanggar menggambar di Jakarta. Ada beberapa titik sanggar, ada 10an itu dari Pasar Seni, Mal Blok M, Lotus, Jatinegara dan sebagainya. Jadi hampir tiap sore Pak Tino ngajar gambar.
Selain setiap minggunya di TVRI, trus kemudian on air di satu minggu di daerah-daerah.
Posisi Pak Tino memang tidak hanya sebagai guru gambar, tapi sebenarnya sisi lain Pak Tino kan adalah seorang pejuang angkatan 45, kemudian aktif di Pramuka, dan sebagainya.
Terus, nama-nama sanggarnya Pak Tino kan, sanggarnya Pak Tino, Taman Dino Sidin. Jadi waktu itu Pak Tino memberi nama Taman Tino Sidin katanya terinspirasi dari nama Taman Ismail Marzuki. Karena, memakai nama Ismail Marzuki. Makannya, nama sanggaranya diberi nama Taman Tino Sidin 1, Taman Tino Sidin 2 dan seterusnya.
Baca juga: Batik Betawi Dipamerkan di Jakarta Fashion Trend 2022
Kemudian, sekarang nama beliau diapresiasi sebagai nama jalan di daerah Cikini, dekat-dekatan dengan Taman Ismail Marzuki. Jadi kami keluarga mengapresiasi itu walaupun akhirnya ada pro kontra ya. Tapi kami tidak bisa istilahnya di luar wewenang kami.
Terkait pro kontra ini, ada tanggapan dari pihak keluarga?
Kalah kami ya pro kontra, kami mengapresiasi, lah wong namanya pe dapat itu demokrasi. Tapi disis lain kami mengapresiasi usaha dari Pemprov DKI. Jadi kami pun momggo nanti gimana itu kan manut Pemprov DKI, apakah mau terus atau sudah.
Tapi pada intinya kami mengapresiasi langkah dari pemprov DKI untuk mengapresiasi nama Pak Tino walaupun satu-satunya nama di luar nama tokoh betawi asli.
Pemprov DKI sempat menyampaikan alasan pemberian nama Pak Tino sebagai jalan atau hanya meminta izin ke pihak keluarga?
Yaa mungkin mereka sudah tau sendiri, Pak Tino tadi tokoh yang istilahnya ikut membangun Jakarta. Memang secara tidak langsung kan Pak Tino tinggal di Jakarta tahun 1978 sampai wafatnya dj sana. Dalam arti membangun tidak hanya fisik tapi membangun karakter jiwa-jiwa orang Jakarra walaupun Pak Tino tvnya menasional. Tapi saat itu tinggalnya wira-wiri Jogja-Jakarta.