Polusi Udara Jakarta Kronis, Rentan untuk Balita dan Ibu Hamil, Sebabkan Stunting dan Sakit Paru
Dampak polusi udara dapat menyebabkan stunting atau manusia kerdil akibat gagal tumbuh kembang pada anak balita.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kota Jakarta dan sekitarnya disebut memiliki kualitas udara terburuk di dunia, data Juni hingga awal Juli 2022. Dampak polusi udara dapat menyebabkan stunting atau manusia kerdil akibat gagal tumbuh kembang pada anak balita.
Berbahaya juga untuk kelompok rentan lainnya seperti penderita jantung dan paru kronis. Udara tidak sehat bahkan menyebabkan kematian dini.
Lalu bagaimana penduduk Jakarta, dan delapan kabupaten kota di kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) yang berjumlah 32,27 juta jiwa menghadapi udara buruk yang dihirup tiap hari? Sektor apa sesungguhnya penyumbang polutan, dan terletak di daerah mana saja?
Baca juga: Berikut Tips Agar Terhindar dari Penyakit Akibat Polusi Udara
Dalam waktu sebulan terakhir, kualitas udara di Jakarta diperbincangkan publik karena menjadi yang terburuk di dunia berdasarkan situs IQAir (https://www.iqair.com/id/world-air-quality-ranking). Menurut situs itu, udara di Jakarta tidak sehat. Peringkat ini memang dinamis, setiap hari berubah.
Dampak polusi udara di Jakarta dapat menyebabkan stunting atau manusia kerdil akibat gagal tumbuh kembang pada anak balita, hingga kematian dini. Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Prof Dr Budi Haryanto mengatakan polusi mengakibatkan kanker, penyakit jantung, penyakit saluran napas, gangguan pertumbuhan fisik, hingga gangguan sistem syaraf.
“Jadi pada anak-anak yang sedang ramai sakarang, stunting. Kalau mau di-explisitkan, polusi udara ini yang dominan berkontribusi mengakibatkan stunting. Gangguan system syaraf termasuk IQ dan sebagainya. Itu adalah sebab semua yang ada di depan hidung kita dan terhirup secara otomatis masuk kedalam paru-paru. Karena kita tidak pernah bisa memilih, apa yang masuk kedalam paru-paru,” ujar Budi saat menjadi pembicara pada diskusi ‘The Saboteurs: Siapa Melakukan Sabotase Pencemaran Udara Jakarta?’ Sabtu (25/6/2022).
Selain itu polusi udara juga berdampak pada kesehatan partikulat, di antaranya; kematian dini, kanker paru, peningkatan kasus Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), memperparah penyakit paru kronis, hingga serangan jantung.
Prof Budi juga mengungkapkan, tahun 2010, berdasarkan data rekam rumah sakit (medical record) rumah sakit di Jakarta, sekitar 57,8 persen atau hampir 60 % penyakit pasien yang dirawat di Rumah Sakit terkait penyakit yang disebabkan polusi udara.
“Jadi mereka mereka yang dirawat di rumah sakit itu ternyata hampir 60 % punya penyakit terkait penyakit yang diakibatkan polusi udara,” ujarnya.
Baca juga: Studi: Polusi Sebabkan 9 Juta Orang Meninggal per Tahun
Dokter Spesialis Paru sekaligus Konsultan Paru Kerja dan Lingkungan atau Occupational and Environmental Lung Health dokter Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K) mengatakan, kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya yang buruk menimbulkan dampak mengkhawatirkan pada kelompok rentan.
Kelompok rentan terdiri atas balita, lansia atau lanjut usia, maupun orang dengan penyakit kronis seperti jantung, dan ibu hamil.
"Karena, balita sistem pertahanan saluran nafasnya belum sempurna. Kemudian untuk lansia, karena mereka memiliki daya tahannya secara umum tidak optimal," kata Dokter Feni saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (21/6/2022).
Dokter Feni mengatakan, penyakit kronis masuk kelompok rentan disebabkan polusi udara erat kaitannya dengan gas-gas polutan yang masuk ke saluran napas, kemudian mengganggu pertukaran gas oksigen.
"Jadi kalau kelompok-kelompok yang sudah punya gangguan jantung, paru mereka butuh oksigen yang lebih optimal. Oksigennya lebih bagus daripada orang-orang yang sehat," kata Dokter Feni, anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
Baca juga: Polusi Udara Ancam Kesehatan, Kenali Sejumlah Penyebabnya