Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden Jokowi Sebut Bila Krisis Pangan Tidak Diatasi 800 Juta Orang akan Kelaparan

Jokowi ingin lahan-lahan yang selama ini  terbengkalai dibuat produktif untuk tanaman pangan karena saat ini dunia sedang dilanda krisis pangan.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Presiden Jokowi Sebut Bila Krisis Pangan Tidak Diatasi 800 Juta Orang akan Kelaparan
Foto: Sekretariat Presiden
Usulan Presiden Jokowi pada High-level Dialogue on Global Development. Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin lahan-lahan yang selama ini  terbengkalai dibuat produktif untuk tanaman pangan karena saat ini dunia sedang dilanda krisis pangan.  

Dikutip dari laman www.dailymirror.lk, Sabtu (6/8/2022), sebuah penilaian yang dilakukan baru-baru ini oleh WFP serta Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) menunjukkan bahwa 6,3 juta orang atau hampir 30 persen dari populasi negara itu kini rawan pangan.

Angka ini muncul saat WFP memperingatkan krisis pangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Perlu diketahui, saat ini Sri Lanka sedang bergulat dengan rekor inflasi makanan 90 persen, bahkan membuat makanan pokok seperti beras tidak terjangkau bagi jutaan keluarga.

Biaya bulanan rata-rata untuk makanan bergizi bahkan telah melonjak 156 persen sejak 2018 lalu.

"Apa yang kami lihat di lapangan sangat mengkhawatirkan. Kami tahu bahwa jutaan orang Sri Lanka sedang berjuang untuk mendapatkan makanan yang cukup dan bergizi. Tanpa intervensi mendesak, keadaan tampak suram bagi sebuah negara yang seharusnya dapat tumbuh cukup untuk memberi makan penduduknya yang berjumlah 22 juta jiwa," tegas Siddiqui.

WFP menyoroti bahwa banyak faktor yang membentuk krisis pangan Sri Lanka.

Dalam upaya untuk membuat pertanian lebih ramah lingkungan, kata dia, pemerintah negara itu pada tahun lalu telah melarang impor pupuk kimia.

Berita Rekomendasi

Namun, langkah tersebut secara tajam mengurangi hasil pertanian.

Sedangkan saat ini, meskipun aturan impor telah dilonggarkan, efeknya masih tetap ada.

"Setelah dua kali gagal panen berturut-turut, sepertiga akan menjadi 'bencana'," jelas Siddiqui.

Baca juga: Tiba di Boyolali, Presiden Jokowi Akan Tinjau Pengembangan Kelapa Genjah

Sri Lanka juga merasakan hantaman susulan dari perang yang terjadi di Ukraina.

Seiring dengan gangguan ekspor biji-bijian utama dan kenaikan harga pangan serta bahan bakar global, konflik tersebut telah menghancurkan dua pasar wisata utamanya yakni Rusia dan Ukraina.

"Sekitar 200.000 nelayan kehilangan mata pencahariannya, karena negara ini tidak memiliki bahan bakar menyusul pembatasan impor. Kami perlu memberikan dukungan kepada petani kecil. Organisasi internasional seperti WFP memiliki tugas untuk turun tangan memberikan bantuan makanan darurat kepada populasi yang paling rentan," tegas Siddiqui.

Baca juga: Sri Lanka Cari Bantuan Untuk Memberi Makan Anak-anak di Tengah Krisis Ekonomi

WFP memulai operasi tanggap daruratnya pada pertengahan Juni lalu, dengan mendistribusikan voucher makanan kepada wanita hamil di beberapa bagian ibu kota yang kurang terlayani.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas