Jadi Penghalang Wacana Jabatan Presiden 3 Periode, Oligarki Coba Menekan Megawati Tentukan Capres
Fadhli Harahab menilai kelompok oligarki sedang menekan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk meloloskan capres tertentu di 2024.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab menilai kelompok oligarki sedang menekan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk meloloskan capres tertentu di 2024.
Oligarki bahkan dengan keras coba merebut wewenang Ketum PDIP dalam menentukan sikap politik terkait capres yang akan diusung pada Pilpres 2024.
Upaya menekan Putri Presiden RI Pertama itu, kata Fadhli, terlihat dari berbagai rangkaian manuver politik belakangan ini.
Narasi dan opini yang dibangun pun cenderung mencederai nilai-nilai UUD 1945. Seperti, Perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode dan penundaan Pemilu 2024.
"Manuver kelompok oligarki untuk meloloskan maksud mereka di 2024 semakin menguat, setelah gagal mendorong masa jabatan presiden tiga periode, kini, mencoba menekan Megawati, selaku pemegang hak prerogatif menentukan capres yang diusung PDIP di 2024," kata Fadhli.
Lebih lanjut, Fadhli menjabarkan sejumlah indikasi lain peran oligarki dalam memuluskan proyek suksesi capres tertentu. Diantaranya soal pernyataan Ganjar Pranowo yang siap menjadi presiden di 2024.
"Ada narasi bahwa PDIP akan keok jika tidak dukung Ganjar, hingga pernyataan Ganjar siap diusung sebagai Capres tanpa sepengetahuan dan izin partai di salah satu stasiun TV swasta adalah indikasi rangkaian manuver tersebut," terangnya.
Baca juga: Ganjar Pranowo Disanksi PDIP, Pengamat: Untuk Jaga Marwah Partai dan Amankan Posisi Puan Maharani
Narasi-narasi yang dibangun menurut Alumnus UIN Jakarta itu jelas sebuah tekanan simbolik yang ditujukan kepada PDIP.
"Itu bentuk tekanan. Narasinya jika PDIP tidak mengusung Ganjar, ya, kalah. Yang terbangun seolah-olah PDIP besar karena seorang figur tertentu, bukan karena kerja-kerja kolektif mesin partai dari level terbawah," jelasnya.
Padahal, menurutnya kemenangan PDIP di dua pemilu sebelumnya merupakan hasil kerja bersama dengan azas gotong royongnya PDIP. Dan, bukan hanya karena faktor orang perorang atau tokoh tertentu.
"Tentunya, hasil yang diraih PDIP sekarang tidak hanya kerja orang perorang, karena tokoh tertentu, naif kalau disebut kalau bukan Ganjar PDIP keok," pungkasnya.