Galon PET Berpotensi Mengandung Etilen Glikol Penyebab Gagal Ginjal, BPOM Diminta Transparan
Belakangan cukup ramai pembicaraan zat kimia berbahaya etilen glikol dan dietile glikol yang diduga jadi penyebab kematian ratusan anak di Indonesia.
Penulis: Matheus Elmerio Manalu
Editor: Bardjan
BPOM didesak lakukan penelitian lebih lanjut
Melihat urgensi dari kenyataan tersebut, Komnas Anak dan Anggota Komisi IX DPR RI terus mendesak BPOM untuk melakukan penelitian khusus terhadap kemasan pangan berbahan etilen glikol ini.
Arist bahkan meminta BPOM memberikan peringatan berupa pelabelan berpotensi mengandung etilen glikol terhadap kemasan-kemasan pangan berbahan etilen glikol.
“Karena itu, saya kira BPOM perlu melakukan penelitian terhadap produk-produk yang mengandung etilen glikol itu, seperti pada air minum kemasan galon sekali pakai,” kata Arist.
Menurutnya, penelitian itu wajib dilakukan negara, dalam hal ini pemegang regulasi Badan POM , supaya jauh-jauh sebelumnya bisa diantisipasi agar masyarakat memahami betul bahaya etilen glikol itu.
“Karena plastik-plastik yang dipakai seperti galon sekali pakai, ketika dia mengandung etilen glikol maka isi dari kemasan itu bisa bermigrasi dan berbahaya bagi kesehatan anak,” ujarnya.
Arist menegaskan Komnas Anak sangat mengkhawatirkan terhadap air minum atau makanan yang berbahaya bagi anak-anak, seperti etilen glikol yang disebutkan bisa mengakibatkan gagal ginjal.
Pernyataan senada juga diungkapkan Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo yang juga meminta BPOM melakukan penelitian ulang terhadap semua kemasan pangan yang diduga mengandung bahan etilen glikol.
“Terhadap kemasan pangan yang mengandung etilen glikol, karena itu bisa menyebabkan bahaya kesehatan pada anak-anak seperti yang terjadi di Gambia, BPOM perlu melakukan suatu kajian atau penelitian lagi untuk mengetahui kadar etilen glikol di dalam produknya,” ujarnya.
Data-data empiris, menurut Rahmad, harus dilakukan termasuk penyebab anak-anak kita yang tengah mengalami gangguan penyakit ginjal akut.
“Jadi, saya kira hal-hal yang menyangkut itu tidak salah BPOM melakukan satu kajian yang melibatkan peneliti dari universitas yang sangat berkompeten,” pungkasnya.