Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Produksi Petani Berlebih, Anggota DPR RI Pertanyakan Kebijakan Pemerintah Impor Beras

Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PKS meminta Menteri Perdagangan dan Bulog jujur soal importasi beras.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Produksi Petani Berlebih, Anggota DPR RI Pertanyakan Kebijakan Pemerintah Impor Beras
Danang
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan saat melakukan sidak penerimaan 200 ribu ton beras impor di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (16/12/2022). Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PKS Amin Ak meminta Menteri Perdagangan dan Bulog jujur soal importasi beras terkait apa yang dijadikan dasar dibalik keputusan impor. 

Produksi beras sepanjang tahun ini mencapai 31,90 juta ton, sedangkan konsumsi nasional 30,20 juta ton.

Selain itu, konsumsi beras per kapita trennya juga menurun.

Di sisi lain, data perberasan semestinya semakin bagus dan akurat, pantauan luas tanam dan luas panen pun sudah didukung dengan penggunaan satelit.

Artinya, kata Amin, jika alasan impor beras karena kekurangan pasokan, maka kemampuan Bulog mengamankan cadangan beras dengan menyerap produksi petani dipertanyakan.

"Pemerintah seharusnya mencari akar masalah dari merosotnya CBP yang dikelola Bulog. Tren rendahnya serapan Bulog itu sudah terjadi sejak Juli 2022, mengapa tidak diantisipasi pemerintah sejak dini?” kata Amin.

Kalau dirunut akar masalahnya, tingginya harga pembelian pemerintah (HPP) menjadi penyebab merosotnya daya serap Bulog terhadap gabah petani.

Namun tingginya HPP gabah, juga tidak benar-benar dinikmati oleh petani.

Berita Rekomendasi

Adanya peningkatan biaya produksi akibat faktor eksternal menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan petani semakin tinggi.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) memicu kenaikan biaya bahan baku dan biaya pendukung lainnya, selain faktor depresiasi nilai tukar dan kenaikan harga benih, lahan, dan pupuk.

"Alokasi anggaran untuk ketahanan pangan tahun 2022 ini mencapai Rp 94,1 triliun. Masa iya para menteri dan Menko terkait tidak bisa berkoordinasi dan bekerjasama untuk menyelesaikan akar masalah ini," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas