Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tolak Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, PSI: Rakyat Tidak Ingin Disajikan Badut-badut Politik

Rakyat tidak menginginkan boneka-boneka politik, badut-badut politik yang dipajang untuk disajikan kepada rakyat

Penulis: Fahmi Ramadhan
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Tolak Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, PSI: Rakyat Tidak Ingin Disajikan Badut-badut Politik
Fahmi Ramadhan
Tolak Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, PSI : Rakyat Tidak Ingin Disajikan Badut-badut Politik. 

"Jadi apa yang kami lakukan ini bagian dari demokratisasi pemilu apa yang dimaksud dengan demokratisasi pemilu kami ingin memastikan pemilu tetap terbuka transparan," ujarnya.

Lanjut Furqon bahkan sejak awal pembentukan partai pihaknya selalu mengusung calon-calon legislator jauh-jauh hari agar rakyat bisa mengakses siapa saja yang menjadi wakilnya di parlemen nantinya.

Dijelaskannya, oleh sebab itu pada intinya politik ada keterbukaan ruang bagi rakyat agar bisa mengakses dan bisa berpartisipasi dalam agenda politik kebangsaan.

Baca juga: Di Sidang MK, Yusril Ihza Mahendra: Sistem Proporsional Terbuka Bertentangan dengan UUD 1945

"Semakin ruang itu dibuka maka semakin demokratis, tetapi semakin ruang itu dibatasi maka demokrasi semakin terancam hak-hak rakyat," pungkasnya.

Berpotensi Munculkan Boneka Elite

Wacana sistem Pemilu proporsional tertutup dianggap memberi karpet merah untuk segelintir elite partai politik dalam mencalonkan legislator tanpa memperdulikan kepentingan masyarakat.

Ketua DPP PSI Furqon Amini mengatakan, bahwa sistem proporsional tertutup juga berpotensi memunculkan boneka-boneka elite parpol untuk melancarkan kepentingan sepihak.

Berita Rekomendasi

"Boneka-boneka yang tentunya akan menjadi ruang yang malah menguntungkan elite politik," kata Furqon kepada wartawan di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat, Rabu (8/3/2023).

Lanjut Furqon, pihaknya yang secara tegas menolak sistem tersebut, menyebut bahwa dengan adanya proporsional tertutup itu nantinya akan menutup hak koreksi rakyat terhadap para legislator tersebut.

"Dimana mereka bisa menentukan calon-calon legislator secara sepihak dan rakyat kemudian tidak punya ruang untuk mengoreksi," jelasnya.

Furqon menuturkan, hal ini tentu berbeda jika Pemilu tetap dilangsungkan menggunakan sistem proporsional terbuka.

Pasalnya dengan sistem proporsional terbuka, rakyat dapat terlibat aktif mengakses calonnya dan juga mengoreksi siapapun calonnya.

"Akan tetapi kalau tertutup rakyat pada akhirnya rakyat dibatasi. Karena itu hari ini kami ingin menegaskan Partai Solidaritas Indonesia menolak sistem proporsional tertutup," pungkanya.

Lakukan Aksi Teatrikal

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas